Menekan Ego Dalam Ide 'Presidential Club'

Momen kebersamaan Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Dan Prabowo Subianto. (gemapos/viva)
Momen kebersamaan Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Dan Prabowo Subianto. (gemapos/viva)

Presiden terpilih Prabowo Subianto kini memunculkan ide menarik untuk membentuk suatu kelompok yang disebutnya Presidential Club. Sebuah kelompok yang berisi orang-orang paling elit di negeri ini, yakni para mantan presiden dan presiden yang sedang memimpin. Jika ini benar terwujud, maka kelompok ini menjadi kasta tertinggi sebuah komunitas atau klub.

Sejatinya konsep klub yang menjadi wadah para mantan presiden sudah diterapkan di Amerika Serikat. Saat ini, The Presidents Club mewadahi para mantan presiden Amerika Serikat, yaitu Presiden ke-39 Jimmy Carter, Presiden ke-42 Bill Clinton, Presiden ke-43 George W Bush, dan Presiden ke-44 Barack Obama.

Semestinya Presiden ke-45 Donald Trump juga termasuk anggota Presidents Club. Namun, Trump yang kalah dari Joe Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2000 lalu masih enggan bergabung. Sang mantan yang dikenal temperamental itu bertekad merebut kembali Gedung Putih dalam pilpres November tahun ini.

Klub mantan Presiden di AS ini biasa menghadiri acara-acara besar kenegaraan, seperti inagurasi presiden terpilih dan pemakaman kolega sesama eks kepala negara. Mereka tampil untuk bertukar pikiran atau sekadar berbincang ketika situasi genting yang membutuhkan teladan persatuan untuk muncul.

Seperti yang kita ketahui, mantan presiden itu tentu tidak berasal dari partai politik yang sama. Bahkan bisa jadi merupakan musuh bebuyutan secara politik. Selain itu, jika melihat kontastasi politik di negeri Paman Sam itu, tak jarang konflik juga sampai ke ranah pribadi. Akan tetapi, ketika mereka tergabung dalam The Presidents Club, maka saat itu mereka mau tidak mau akan menunjukan kebersamaan dan persatuan. Demi kepentingan bangsa dan negara, segala perseteruan pribadi, politik, maupun golongan, bisa dan sudah semestinya dikesampingkan.

Sepertinya atas prinsip itu, Prabowo kemudian mencetuskan ide untuk membentuk Presidential Club di Indonesia. Atau mungkin ini perpanjangan makna praktis Politik ‘rekonsiliasi’ Prabowo. Ide itu oleh beberapa pihak dinilai semacam upaya Prabowo mengurangi dampak buruk dari konflik antar para mantan pemimpin yang memiliki basis politik yang kuat. Jika hal itu terwujud, maka Prabowo mungkin bisa mencegah salah satu ganjalan politik dalam pemerintahannya nanti.

Jika dalam The Presidents Club ada Donald Trump, presidential club mungkin akan mendapatkan penolakan dari Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pada dasarnya, Megawati dan Prabowo dinilai tak punya masalah. Hubungan keduanya memiliki sejarah panjang saling mendukung satu sama lain. Bahkan di tahun 2009, pernah maju sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden. Tentu masalahnya bukan di antara Prabowo dan Megawati.

Sudah menjadi rahasia umum, putri Presiden pertama RI itu sejak lama tidak akur dengan Presiden ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tepatnya sejak tahun 2004.

Terlebih lagi, perseteruan pun mencuat antara Megawati dan Presiden Joko Widodo yang puncaknya terjadi pada Pilpres 2024. Prabowo yang didukung Jokowi, yang notabene kader PDIP, menjadi rival pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDIP. Hasilnya, Prabowo memenangi perebutan kursi RI-1 dan bakal memimpin negeri ini mulai 10 Oktober mendatang.

Apa pun motivasi pembentukan Presidential Club hingga tantangan yang mengadang, gagasan itu sangat bagus. Sekadar tampil bersama dengan akrab di hadapan publik saja sudah memberikan sinyal positif yang kuat. Apalagi bila para mantan bertukar pikiran membahas masalah bangsa dan pemecahannya.

Tiap-tiap presiden dalam menjalankan kepemimpinan ditempa oleh berbagai persoalan bangsa yang pelik. Mereka punya pengalaman yang unik dan sangat berharga.

Di kepemimpinan Megawati, era reformasi lahir dan rakyat mulai memilih langsung presiden dan wakil presiden. SBY membuat pertumbuhan ekonomi melesat hingga mencapai 6,5% kendati ketimpangan kesejahteraan masih tinggi. Jokowi yang akan mengakhiri jabatannya dan digantikan Prabowo mewariskan capaian infrastruktur yang luar biasa.

Menyatukan elit yang punya konflik menjadi tantangan terberat Prabowo mewujudkan ide Presidential Club ini. Khsusnya untuk mengajak presiden ke 5 RI, yakni Megawati soekarno Putri. Meskipun mungkin politik adalah sebuah seni semua kemungkinan. Akan tetapi, perjalanan politik Megawati dengan PDIP cenderung sangat tegas dalam prinsipnya dan posisinya. Pada akhirnya di tengah politik yang sangat pragmatis dan transaksional, langkah politik Megawati tentunya sangat dinantikan oleh publik. Selain itu, bagaimana dengan SBY dan juga Jokowi. Tentu mereka juga dinantikan sikapnya dalam menanggapi ide ini. Yang pasti, harapanya para pemimpin ini dapat menakar ego sectoral masing-masing untuk kepentingan yang lebih besar.

Terlepas dari apakah dasar Prabowo menginisiasi Presidential Club, tentu harapanya tidak hanya sebatas kepentingan politik praktis demi kekuasaan. Akan tetapi kepada kepentingan yang jauh lebih besar, yakni kemajuan dan keberlangsungan sebuah bangsa.