Masih Mungkinkah Normalisasi PDIP-Demokrat?

Masih Mungkinkah Normalisasi PDIP-Demokrat? (foto: Ilustrasi)
Masih Mungkinkah Normalisasi PDIP-Demokrat? (foto: Ilustrasi)


Gemapos.ID (Jakarta)- Saat pernyataan SBY merespons diumumkannya Cak Imin (PKB) sebagai cawapresnya Anies, dan Demokrat menyatakan dihianati oleh Koalisi Perubahan pada tanggal 1/09/2023 saya sarankan Demokrat bisa mulai bangun kembali komunikasi dengan PDI Perjuangan.

Ada sejumlah alasan: pertama sebelum peringatan puncak peringatan bulan Bung Karno, Juni 2023 komunikasi politik pernah diawali dengan pertemuan mba Puan dan mas AHY di sekitar GBK saat CFD.

Kedua, Ini bisa menjadi jalan normalisasi hubungan Pak SBY dengan Ibu Megawati. Karena selama ini publik telah mempersepsikan relasi personal antara pak SBY dan ibu Megawati tidak bagus pasca kompetisi pilpres 2004. 10 tahun pemerintahan pak SBY, PDI Perjuangan "setia" sebagai oposisi. Walaupun upaya normalisasi itu telah diupayakan dengan pemilihan secara aklamasi bapak Taufiq Kiemas sebagai ketua MPR-RI di periode pemerintahan Pak SBY. Secara formal kenegaraan pertemuan SBY dan Megawati di Istana Negara baru terjadi saat kunjungan presiden AS, Barack Obama.

Ketiga, belum terlambat untuk menyatakan dukungan kepada capres Mas Ganjar Pranowo. Namun dengan catatan tidak memaksakan menawarkan mas AHY sebagai cawapres. Biarkanlah nanti mekanisme pimpinan partai pendukung Ganjar Pranowo Presiden yang memutuskan siapa yang tepat sebagai pendamping mas Ganjar Pranowo.

Namun pada Minggu, 17/09/2023, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyambangi kediaman Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat mengonfirmasi bergabungnya Partai Demokrat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres) 2024.

Melihat dinamika konfigurasi terbaru koalisi partai, saya melihat semakin membuka peluang akan terjadi 'head to head" antara Ganjar Pranowo vs Prabowo Subianto.

Prediksi peluang head to head di pilpres 2024 nanti ini sudah pernah saya analisa saat Rakernas PDI Perjuangan pada Juni 2022.

Ada beberapa indikasi yang saya amati sejak tahun lalu seperti misalnya Prabowo terus berupaya meyakinkan publik sebagai bagian pemerintahan Presiden Jokowi yang saat ini mendapatkan lebih dari 80% tingkat kepercayaan publik atas keberhasilan pemerintahan Jokowi. Artinya Prabowo mencitrakan diri menjadi bagian dari keberhasilan itu. 

Kedua, mengupayskan berbagai cara untuk meyakinkan publik bahwa presiden Jokowi mendukung pencapresannya. Hal ini misalnya dilakukan dengan wacana menawarkan Gibran sebagai cawapres, Ketum Gerindra akan diwariskan kepada Jokowi jika telah pensiun sebagai presiden. Dan ini cukup berhasil membuat sebagian kecil masyarakat percaya isu konyol ini.

Ketiga, hasil riset data dari berbagai platform media sosial menunjukkan bahwa pembicaraan negatif tentang Prabowo hanya sepertiga pembicaraan negatif tentang Ganjar Pranowo ditengah sejumlah penghargaan atas prestasi kepemimpinan Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah 10 tahun.

Penilaian negatif di medsos ini saya melihat ini tidak organik karena memang terkesan by design, akun-akun media sosial disiapkan untuk menciptakan narasi negatif tentang Ganjar .

Keempat, hasil berbagai lembaga survey juga menunjukkan bahwa Tingkat elektabilitas capres hingga saat ini bersaing ketat antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Karena jadwal pendaftaran capres cawapres semakin dekat dan cepatnya dinamika konfigurasi peta koalisi maka waktu akan menjawab saat jadwal pendaftaran ke KPU, apakah PKS bertahan atau kembali bernostalgia dukung Prabowo Subianto seperti saat di pilpres 2014 dan 2019, kemudian PKB akhirnya merapat ke TU dukung Ganjar Pranowo.

Terkait dengan bergabungnya Demokrat dukung Prabowo, apakah kemudian potensi AHY akan digaet sebagai cawapres? Saya kawatir nanti pak SBY kembali menelan pil pahit.

Penulis: I Ketut Guna Artha (igat) Presidium Nasional Jaringan Kerja Akar Rumput Bersama Ganjar (Jangkar Baja)