Ulama Jelaskan Soal Zakat dan Salat yang Disinggung Pendeta Gilbert

Anggota Komisi Fatwa MUI, H. Zafrullah Salim
Anggota Komisi Fatwa MUI, H. Zafrullah Salim

Gemapos.ID (Jakarta) - Setelah sempat viral karena pernyataannya yang menyinggung zakat dan gerakan salat umat muslim, Pendeta Gilbert Lumoindong telah menyampaikan permintaan maaf kepada publik.

Namun, Polda Metro Jaya masih melakukan pemeriksaan dan pendalaman terkait laporan atas dugaan penistaan agama yang dilakukan atas ceramah sang Pendeta.

Menanggapi masalah itu, Anggota Komisi Fatwa MUI, H. Zafrullah Salim dalam tayangan youtube yang dilansir gemapos.id, Jumat (19/4) memberikan pemahaman terkait zakat 2,5 persen dan gerakan salat yang dilakukan umat islam.

Menurutnya, hal ini penting untuk diketahui tidak hanya untuk umat non musil, tetapi juga bagi para kaum muslimin yang belum sepenuhnya memahami tentang salat maupun zakat.

“Saya melihat sebuah persepsi saudara kita nonmuslim mengenai ibadah salat yang dikerjakan oleh kita orang muslim, dan itu juga dikaitkan dengan masalah kewajiban zakat 2,5 persen,” kata Zafrullah dalam tayangan video youtube gemapos.id yang dikutip Sabtu (20/4/2024).

“Saya kira perlu sedikit kita menjelaskan soal yang disampaikan oleh Pendeta Gilbert itu,” lanjutnya setelah sebelumnya ditayangkan video ceramah Pendeta Gilbert yang sempat viral.

Zafrullah menjelaskan bahwa di dalam islam mengerjakan salat sebagaimana juga membayarkan zakat 2,5 persen itu adalah merupakan kewajiban syariat agama.

Seluruhnya baik salat dan zakat itu oleh umat muslim disadari sebagai sebuah perilaku ibadah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam (SAW) atas dasar perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT).

“Oleh karena itu, perlu kita sampaikan kepada saudara-saudara ku yang nonmuslim, atau barang kali kepada kami umat muslim yang belum memahami sepenuhnya perilaku ibadah yang kita kerjakan,” ujarnya.

Gerakan Salat

Terkait gerakan salat yang dimaksut Pendeta Gilbert sebagai gerakan yang sulit dan perlu menyucikan diri sebelum melakukannya, Zafrullah mengungkap bahwa salat merupakan perbuatan umat islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Selain itu, sebelum melakukan salat ia menyebut, setiap umat muslim harus merasakan terlebih dahulu bahwa dia akan berhadapan dengan sang pencipta. Ia membacakan Hadis Riwayat Muslim yang berbunyi;

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”.  (HR. Muslim)   

“Jadi gerakan-gerakan salat itu, mulai dari takbir ‘Allahu Akbar’ sampai nanti yang disebut kita melipat kaki itu, adalah gerakan-gerakan untuk mengagungkan Allah SAW,” ujarnya.

Salat menurutnya, merupakan gerakan yang disertai dengan hati Nurani, bahwa seorang muslim sedang menghadap Allah sang pencipta. Allah yang hanya satu-satunya zat yang berhak menerima ibadah penyembahan dari manusia dalam arti yang sebenarnya.

Dia melanjutkan, Gerakan-gerakan itu, baik gerakan rukuk, sujud dan gerakan duduk bersimpu, itu adalah ekspresi hamba yang mencerminkan rasa hina di hadapan Allah. 

Semakin dia rasakan rasa hina di hadapan Allah, semakin timbul rasa kepuasan diri.

“Jadi pak Pendeta, itu tidak ada kaitannya dengan merasa berat kami. Bukan setengah mati kami mengerjakan itu, tapi penuh dengan rasa senang, rasa bahagianya muslim. Apalagi kalau sedang sujud,” ungkapnya.

Karena itu, menurutnya sebelum salat, memang harus terlebih dahulu berwudhu dan bersuci. Tidak sembarangan seorang hamba menghadap Allah.

Sebelum salat, umat muslim wajib memenuhi syarat-syarat orang yang harus mengerjakan salat yang dikerjakan 5 (lima) kali dalam 24 jam/satu hari.

“Sekali lagi kami katakana, tidak ada dalam persepsi orang muslim mengerjakan salat itu yang tadi dikatakan setengah hati,” ujarnya.

Zakat 2,5 persen

Terkait zakat yang dibayarkan sebesar 2,5 persen bagi umat muslim, Zafrullah menyatakan itu merupakan hal yang wajib. Tetapi masih ada berbagai hal yang harus dikeluarkan untuk menjadi umat muslim yang benar-benar taat.

“Kalau yang dikatakan 2,5 persen itu baru zakat yang wajib. Dalam muslim masih yang kami keluarkan, itu yang kami sebut sedekah. Jumlahnya bisa lebih besar, kita bisa lebih dari 10 persen,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, selain di luar zakat ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat muslim. Seperti wakaf, ada hibah, ada kurban, ada qiradh dan lainnya, bakan lebih dari 10 macam.

“Jika imannya lebih besar, makan bisa jadi lebih besar juga nilai kekayaan yang dia pisahkan untuk dalam rangka layanan publik,” terangnya.

“Kami perlu berimbang juga berapa banyak yang kami terima, demikian juga perimbangan untuk keluar kami sesuaikan dengan dana yang kami terima sebagai nikmat dari Allah SWT,” imbuhnya.

Hubungan Salat dan Zakat

Untuk itu dia menegaskan bahwa apa yang disebut Pendeta Gilbert mengapa umat muslim melakukan Gerakan ibadah yang dinilai sulit karena hanya membayar zakat 2,5 persen adalah tidak berkaitan.

“Karena zakat 2,5 persen adalah ibadah maliyah kita, sedangkan Gerakan-gerakan salat adalah ibadah ruhiyah yang disertai dengan Gerakan kita,” jelasnya.

Dari kejadian ini, ia sekali lagi menegaskan betapa pentingnya pemahaman yang komperehensif tentang ibadah dalam Islam. Tidak semata-mata untuk menjelaskan kepada nonmuslim, tapi juga kepada umat muslim yang belum paham sepenuhnya.

Diketahui, dari video yang beredar di media sosial, Pendeta Gilbert menyebut umat Islam karena hanya membayar zakat 2,5%, sedangkan umat Kristen biasa bersedekah 10%. Untuk itu Pendeta dalam ceramahnya menyebut umat islam masih harus melakukan gerakan salat yang menyulitkan, sedangkan umat kristiani tidak. (rk)