Pilpres 2024, Mahasiswa Hindu Pilih Siapa ?

Tangkapan layar -Ketum KMHDI dalam podcast di YouTube GEMA POS, ungkapan  kepada siapa organisasi ini akan berikan dukungannya, Senin (4/12). (gemapos/ YouTube GEMA POS)
Tangkapan layar -Ketum KMHDI dalam podcast di YouTube GEMA POS, ungkapan kepada siapa organisasi ini akan berikan dukungannya, Senin (4/12). (gemapos/ YouTube GEMA POS)

Gemapos.ID (Jakarta) - Pemilu 2024 akan didominasi oleh anak muda, namun masih banyak dari mereka yang belum menentukan siapa yang akan mereka dukung.  Ketua umum Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) ungkapkan kepada siapa organisasi mereka akan memberikan dukungannya.

“Saya rasa semuanya dekat, hanya saja momentum-momentumnya yang berbeda. Jika ingin coba memilih, Kita tidak boleh hanya karena dekat saja, kita harus lihat bagaimana konsen beliau terhadap situasi umat Hindu hari ini,” ujar Ketua umum KMHDI, I Wayan Darmawan dalam Podcast di YouTube GEMA POS yang tayang pada Senin (4/12/2023).

Dikutip dari lama YouTube GEMA POS pada Rabu (6/12), Darmawan mengungkapkan bahwa secara organisasi, AD ART tidak mengizinkan KMHDI untuk berpihak pada salah satu pasangan calon di Pilpres 2024.

Semua umat Hindu punya peluang untuk menilai setiap pasangan melalui visi-misi, kebijakan serta rekam jejak politik yang dimiliki oleh pasangan calon tersebut

“Semua berhak memilih, KMHDI tidak pada posisi untuk mengarahkan kepada salah satu pasangan calon tapi mengajak umat Hindu untuk melihat dengan jernih, jangan hanya mengandalkan kedekatan dan tidak melihat secara luas bagaimana kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukukan untuk setidaknya membantu umat Hindu bisa berkembang di Republik,” lanjutnya.

Diketahui juga bahwa secara pribadi, anggota KMHDI diizinkan untuk memberikan dukungan, namun kembali ditekankan untuk tidak membawa nama organisasi serta atribut organisasi saat bertemu dengan kandidat.

Menuju pemilu 2024 menunjukkan kondisi di mana beberapa pihak saling sindir-menyindir serta adanya isu-isu politik yang mengarah pada salah satu pihak. Menurutnya, sebagai tokoh teladan harusnya tidak mempertontonkan atau menyerang personal seseorang, namun fokuslah  kepada gagasan, kebijakan yang mereka miliki masing-masing untuk disampaikan kepada publik.

“Politik saling serang ini kan sebuah politik kotor yang harusnya mulai kita tinggalkan,” ungkap Darmawan.

Adapun kekhawatiran Darmawan tentang pihak yang akan menjadikan mementum ini sebagai kesempatan untuk membenturkan antara kelompok nasionalis yang satu dengan kelompok yang lain.

Dia sangat berharap Pemimpin Indonesia kedepan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang besar, mampu berinovasi dan berkreativitas untuk membangun ekonomi Indonesia yang semakin maju.

Generasi muda Indonesia sudah mulai jenuh dengan politik identitas dan politik saling serang yang ada di Indonesia yakni sejak tahun 2019.  Generasi muda Indonesia cenderung lebih suka politik yang tidak hanya menawarkan janji melainkan bukti atau realitas.

Sebagai informasi, data dari KPU mencatat sebanyak 55 persen pemilihnya adalah milenial dan genZ, dan sekitar 20 persen dari mereka belum menentukan pilihan kepada siapa mereka akan berikan dukungan. (kt)