Pengamat : Pro Palestina, Tapi Jangan Lupakan Masalah Internal Negara Kita

Pangamat Pertahanan dan Keamanan Dr. Jeanne Francoise menyampaikan boleh Pro Palestina, namun jangan lupakan masalah internal di negara Indonesia. (gemapos/Tangkapan Layar YouTube GEMA POS)
Pangamat Pertahanan dan Keamanan Dr. Jeanne Francoise menyampaikan boleh Pro Palestina, namun jangan lupakan masalah internal di negara Indonesia. (gemapos/Tangkapan Layar YouTube GEMA POS)

Gemapos.ID (Jakarta) - Konflik Israel-Palestina masih terus berkelanjutan, banyak pihak mulai dari organisasi hingga pada negara termasuk negara Indonesia yang melakukaan aksi tentang pro terhadap perdamain.

Dr. Jeanne Francoise dalam tulisannya di Jakarta Post dengan judul ‘Indonesia Lose Sight On Gaza Attack’, ia menyampaikan bahwa hal tersebut adalah sebuah kritik tentang bagaimana posisi negara Indonesia yang terlalu pro dalam membela Palestina.

Menurut Jeanne, Indonesia secara diplomasi bukan lagi bebas aktif, melainkan berpihak. Sebagai negara yang mandatnya menjaga perdamaian, kita harus melihat dari dua sisi bukan dari satu sisi.

“Menurut saya secara diplomasi Indonesia sebenarnya bukan bebas aktif banget, memang justru berpihak. Namun saya tidak menyalahkan berpihak kepada Palestina. Enggak masalah bagi saya, karena saya tidak pro Palestina, tidak pro Israel, saya pro kepada keputusan PBB Two State Solution yang paling baik untuk semua,” ujar Dr. Jeanne dalam Podcast di YouTube GEMA POS yang tayang pada Minggu (3/12/2023).

Ia juga menyampaikan bahwa kita sebagai diplomasi Indonesia yang pro Palestina jangan melihat dari konteks Gimik (rekayasa untuk menarik perhatian).

“Secara mendalam kalau kita sebagai diplomasi Indonesia yang masih Pro Palestina, tapi konteksnya itu jangan gimiknya. Kayak share-share video tentang anak kecil di bom, ya di sisi Israel juga dibom anak kecil,” lanjutnya.

Diketahui bahwa ternyata antara pihak Israel dan Palestina sudah setuju dengan Two State Solution, namun dua intruder (Zionis dan Hamas) dari masing-masing pihak masih tetap melanjutkan konflik tersebut.

Palestina bukanlah sebuah negara. Status Palestina di PBB adalah sebagai Non-Member Observer State atau negara pengamat non-anggota oleh sekretariat PBB. Sehingga Palestina membutuhkan pemersatu untuk bisa menjadi sebuah negara yang berdikari serta bersaing secara ekonomi dengan negara lain.

Yesser Arafat atau Abu Ammar tahun 1994 hingga 2004 adalah salah satu figur pemersatu Palestina yang dinilai mampu membebaskan bangsa Palestina. Namun saat figur ini menghilang, Palestina akhirnya kini berpegang pada Hamas. 

Selain itu, Jeanne berharap, saat kita fokus terhadap konflik internasional antara Israel-Palestina, kita juga harus sadar bahwa Indonesia juga memiliki konflik internal yang membutuhkan perhatian lebih, konflik tersebut tentu dapat merusak stabilitas pertahanan dan memecah bela bangsa jika tidak ditangani.

“Saya berharap tiga calon Presiden jangan hanya melihat diplomasi internasional, kemarin kan mereka (ketiga calon presiden) sudah turun demo tentang Palestina, tapi jangan lupakan masalah internal kita terutama Prospektus 2030,” kata Jeanne kembali. (kt)