Pengamat: Konflik Israel-Palestina Bukan Perkara Agama

Tangkapan Layar - Dr. Jeanne Francoise (kanan) menyampaikan tanggapan tentang pihak yang mengaitkan konflik Israel-Palestina sebagai konflik agama. (gemapos/YouTube GEMA POS)
Tangkapan Layar - Dr. Jeanne Francoise (kanan) menyampaikan tanggapan tentang pihak yang mengaitkan konflik Israel-Palestina sebagai konflik agama. (gemapos/YouTube GEMA POS)

Gemapos.ID (Jakarta) - Pengamat Pertahanan dan Keamanan sekaligus Peneliti tentang Defense Heritage Dr. Jeanne Francoise berikan tanggapan terkait pihak yang memaknai konflik Israel dan Palestina sebagai konflik agama, salah satunya negara Indonesia.

“Bagaimana sih melihat Israel-Palestina konteks Defense Heritage (warisan pertahanan). Saya sebagai yang berkutat dibidang Defense Heritage mengatakan bahwa ini bukan isu agama,” ujar Dr. Jeanne dalam Podcast yang tayang di YouTube GEMA POS, Minggu (3/12/2023).

Banyak pihak mengkaitkan konflik antara Israel-palestina ini dengan konteks agama, kemanusiaan dan cenderung membela satu pihak. Namun menurut Jeanne bahwa konflik tersebut adalah konflik lahan yakni perebutan sebuah wilayah.

Diketahui bahwa konflik antara Israel-Palestina ini sudah sejak lama terjadi yakni sejak awal abad ke-20, ketika kesultanan ottoman dikalahkan oleh Inggris dalam Perang Dunia I, wilayah Palestina diambil alih oleh Inggris.

Selain itu Jeanne juga mengatakan negara Israel dan Palestina masing-masing memiliki intruder (pengacau) yakni dari Irael terdapat Zionis yang tidak mau berbagi, dari Palestina terdapat organisasi teroris yang terafiliasi oleh ISIS.

“Dua-duanya sama-sama ada intuder, dari kubu Israel ada Zionis yang ingin menguasai seluruh wilayah Palestina dengan alasan Balfour Declaration. Dari sisi Palestina ada organisasi teroris yang terafiliasi dengan ISIS yang seolah-oleh mau membela Palestina. Padahal sebenarnya tujuan mereka memang mau meniadakan si Bangsa Yahudi,” lanjutnya.

Menurut Jeanne kegiatan penggalangan donasi yang dilakukan oleh banyak pihak hanya tertuju pada satu sisi saja. Berbicara tentang humanisme, jika terjadi perang maka tidak bisa take side (berpihak) karena yang dikorbankan sama-sama nyawa, anak kecil dan perempuan.

Ia menyampaikan bahwa secara pribadi dia tidak take side (memihak), melainkan pro terhadap PBB yang memiliki two state solution yang di mana kedua pihak sudah sama-sama saling setuju. Hanya dua intruder dari kedua pihak saja yang saat ini saling balas membalas dan ingin saling menguasai.

“Saya sebagai orang Indonesia, saya pro kepada PBB yang punya solusi two state solution, dari pihak Israel maupun pihak Palestina sudah setuju. Hanya dua intuder ini Israel Zionis dan Palestina Hamas,” kata Jeanne kembali.

Sebagai informasi, tahun 1978  terdapat Perjanjian Perdamaian Camp David yang sudah ada titik terang akan ada perdamaian dalam konflik antara Israel dan Palestina. Namun hingga sekarang ternyata konflik tersebut masih berkelanjutan.

Kemudian ada juga dalam era Donald Trump yakni Abraham Accord (perjanjian Abraham) tahun 2020, bertujuan untuk menegaskan kembali mengenai Camp David. Abraham Accord, perjanjian kekal yang menjangkau seluruh keturunan Abraham. Wilayah milik Israel menjadi milik Israel dan wilayah Palestina menjadi milik Palestina. Tapi, lagi-lagi hal tersebut tidak terwujud, kedua intrunder dari masing-masing pihak masih terus melakukan penyerangan satu sama lain. (kt)