Gagal Jadi Rekor, Harga Batu Bara Ambles Hingga 3%

Iustrasi: Batu bara dan uang
Iustrasi: Batu bara dan uang

Gemapos.ID (Jakarta) - Setelah sempat menanjak kencang dalam tiga hari, kini laju harga batu bara malah melandai. Pada perdagangan Rabu (27/7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 424,1 per ton. Harga tersebut melandai 3,61% jika dibandingkan dengan harga penutupan pada Jumat pekan sebelumnya.

Pelemahan tersebut menahan laju harga batu bara yang melonjak 17,2% sejak Jumat pekan lalu hingga pada selasa (26/7/2022). 

Melemahnya harga batu bara tersebut membuat pasir hitam gagal mencetak rekor harga baru. Padahal, pada Selasa kemarin, harga batu bara sempat menyentuh US$ 440 per ton, hanya berselisih US$ 6 dari rekor tertingginya di posisi US$ 446 pada 2 Maret 2022.

Selain itu secara keseluruhan, harga batu bara masih melesat 11% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga naik 12,8% sedangkan dalam setahun masih melesat 183,4%.

Melandainya harga batu bara ini juga memperpanjang tren tahun ini yakni harga pasir hitam jatuh secara signifikan begitu mendekati rekor baru. Pelaku pasar langsung melakukan aksi profit taking begitu harga batu bara membumbung tinggi.

Pada pekan ini harga batu bara yang nyaris mencetak rekor baru langsung terjun bebas. Padahal, faktor utama dari kenaikan harga batu bara yakni persoalan gas di Eropa masih berlanjut.

Selain aksi profit taking, melemahanya harga batu bara disebabkan oleh perkiraan pasokan serta melandainya impor dari India. 

Dikutip dari dari Montel News, data DBX menunjukkan pasokan batu bara akan meningkat menjadi 81 juta ton pada Juli, naik 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kendati demikian, pasokan masih 12% lebih rendah dibandingkan Juni lalu. Pasokan meningkat karena Indonesia dan Australia sebagai eksportir utama diperkirakan akan menaikkan pengiriman.

Selain itu, inventori batu bara di pelabuhan Eropa juga melonjak karena derasnya pengiriman pasir hitam ke kawasan tersebut. Inventori di pelabuhan barat laut Eropa, termasuk Rotterdam, mencapai 6,98 juta ton. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Oktober 2019.

Adapun melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh proyeksi melandainya permintaan dari India. Pelaku industri kelistrikan India telah menyurati Menteri Pertambangan India Pralhad Joshi untuk tidak memaksa produsen listrik di negara tersebut mengimpor batu bara sebesar 10% untuk mencampur batu bara domestik. Pasalnya, produksi batu bara India sudah meningkat tajam.

Diketahui pada periode April-Juni atau kuartal I tahun fiskal 2022/2023, produksi batu bara India sudah meningkat 31% menjadi 156 juta ton.

Sementara itu, menyusul krisis listrik pada Mei lalu, pemerintah telah mewajibkan produsen untuk mengimpor batu bara sebagai syarat untuk mendapatkan pasokan batu bara lokal. 

Kemudian, langkah tersebut dilakukan untuk memastikan pasokan batu bara aman sehingga krisis tidak terulang. Jika mereka tidak melakukan impor maka jatah pasokan batu bara lokal akan terus dikurangi.(cnn/pa)