BRIN Nilai Krisis Pangan Kian Nyata di Masa Depan

Ilustrasi- Petani padi (foto: gemapos/istock)
Ilustrasi- Petani padi (foto: gemapos/istock)

Gemapos.ID (Jakarta)- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai fenomena degradasi lahan pertanian ditambah dengan menurunnya minat orang-orang untuk menjadi petani membuat ancaman krisis pangan kian nyata di masa depan.

Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN Lilis Mulyani dalam forum diskusi budaya yang dipantau di Jakarta, Senin. Ia mengatakan senjakala desa pertanian yang sekarang terjadi menjadi topik sangat penting dan relevan dalam pembangunan Indonesia.

"Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan. Padahal, bangsa kita sangat tergantung pada produksi pertanian," ujarnya.

Kemudian, Lilis mengatakan harga beras yang merangkak naik memperlihatkan gejolak di sektor pertanian yang terpengaruh oleh harga-harga global, semisal krisis iklim.

Menurutnya, kini petani di desa-desa mengalami berbagai tekanan yang membuat mereka dan generasi berikutnya menjadi berpikir ulang untuk tetap meneruskan penghidupan sebagai petani.

"Kita melihat jumlah petani juga hampir berkurang sepertiganya dalam satu dekade terakhir," kata Lilis.

Sementara Akademisi Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional (STPN) Dwi Wulan Pujiriyani mengungkapkan Indonesia telah mengalami proses pergeseran struktur sosial dari masyarakat agraris menjadi masyarakat non agraris atau disebut deagrarianisasi.

Ia mengatakan fenomena deagrarianisasi menempatkan pertanian bukan sebagai sektor primer, tetapi telah tumbuh menjadi sektor tersier dan aktivitas non pertanian menjadi semakin penting di pedesaan.

"Deagrarianisasi ini menjadi satu dampak yang serius yang akan terjadi ketika proses-proses kehilangan tanah dan pada akhirnya petani harus kehilangan pilihan bahwa mereka bertani atau tidak bertani," kata Wulan.(pa)