BRIN Kembangkan Varietas Unggul Komoditi Kelapa dan Palma

Tangkap layar - Sharing Session” pada acara EstCrops_Corner #1 dengan tajuk “Status dan Peluang Riset Pemuliaan Kelapa dan Tanaman Palma Lainnya” secara daring, pada Senin (26/2). (foto:gemapos/brin)
Tangkap layar - Sharing Session” pada acara EstCrops_Corner #1 dengan tajuk “Status dan Peluang Riset Pemuliaan Kelapa dan Tanaman Palma Lainnya” secara daring, pada Senin (26/2). (foto:gemapos/brin)

Gemapos.ID (Jakarta) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan varietas unggul komiditi kelapa dan palma. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan benih varietas unggul baru tanaman kelapa dan palma lainnya, diiringi juga dengan upaya peningkatan minat stakeholder dalam mengembangkan komoditi perkebunan, maka diperlukan riset yang berkelanjutan dalam bidang kelapa dan palma lainnya.

Selain itu, riset tersebut diperlukan dalam mendukung program peremajaan dan pengembangan komoditi palma oleh pemerintah yang dari tahun ke tahun membutuhkan dukungan ketersediaan benih varietas unggul. 

Isu utama dan masalah-masalah terkait bidang pemuliaan tanaman palma pun telah diidentifikasi dan dijadikan dasar untuk menyusun topik-topik riset dan menjawab kebutuhan stakeholder ke depan.

Untuk itu, Pusat Riset Tanaman Perkebunan (PR Tbun), Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan “Sharing Session” pada acara EstCrops_Corner #1 dengan tajuk “Status dan Peluang Riset Pemuliaan Kelapa dan Tanaman Palma Lainnya” secara daring, pada Senin (26/2). 

Dalam sambutannya, Kepala ORPP, Puji Lestari berharap para peserta akan mendapatkan informasi status hasil riset dan riset yang sedang berlangsung terkait komoditi kelapa dan palma lainnya. Mengidentifikasi masalah, isu aktual dan peluang riset komoditi kelapa dan palma lainnya, juga bisa menggali ide-ide terbaru dan peluang riset kelapa dan palma lain ke depan. 

“Riset pemuliaan tanaman kelapa sudah dimulai sejak jaman kolonial Belanda pada tahun 1930 dengan didirikannya Klapper Proofstation sebagai lokasi penelitian kelapa di Manado dan sejak berdiri telah beberapa kali berubah nama, namun pada tahun 1984 lebih fokus menangani tanaman kelapa, dengan nama Balai Penelitian Kelapa atau BALITKA,” ungkap Puji, seperti dikutip dalam siaran resmi BRIN, Kamis (29/2/2024). 

Selanjutnya pada 2011, mandat BALITKA ditambah dengan komoditas sawit dan nipah, kemudian berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Palma yang populer dengan sebutan BALIT PALMA. Pada 2020, mandat BALIT PALMA ditambah dengan komoditas kurma. Berbagai inovasi teknologi hasil pemuliaan tanaman kelapa dan palma lainnya telah dihasilkan, di antaranya varietas unggul.  

Pada kesempatan yang sama, Kepala PR Tbun BRIN Setiari Marwanto menjelaskan bahwa EstCrops_Corner merupakan platform webinar di PR Tbun yang didedikasikan sebagai media sharing knowledge dan inisiasi kolaborasi bagi pemerhati riset perkebunan.

"Acara ini rencana akan diselenggarakan sebanyak 11 kali selama rentang waktu 2024 dengan topik meliputi 4 ruang lingkup riset di PR Tbun yaitu: 1) riset pemuliaan untuk peningkatan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan, 2) riset budidaya inovatif modern, presisi dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai tambah dan produktifitas tanaman perkebunan berkelanjutan, 3) riset pengelolaan organisme pengganggu tanaman perkebunan, dan 4) riset pengelolaan tanah dan lingkungan, evaluasi kesesuaian lahan, inventarisasi dan mitigasi gas rumah kaca,” rinci Setiari. 

Setiari menambahkan bahwa PR Tbun selain memiliki ruang lingkup komoditas tanaman kelapa dan palma lainnya juga memiliki ruang lingkup komoditas rempah, obat dan aromatik, tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri, tanaman industri dan penyegar. 

“Pada kesempatan kali ini kita akan belajar banyak mengenai status riset komoditas unggulan tanaman perkebunan utama  yaitu kelapa dan tanaman palma lainnya yang akan disampaikan periset kompeten dibidangnya, dengan pengalaman selama puluhan tahun di Kementerian Pertanian dan di BRIN kita akan mendapatkan insight untuk menentukan posisi kita saat ini dan apa yang harus kita lakukan kedepannya demi kemandirian pangan dalam hal ini kelapa dan palma lainnya dan kontribusi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dunia,” imbuh Setiari. 

Sementara narasumber Novarianto Hengky yang merupakan Peneliti Ahli Utama, PR Tbun BRIN memberikan pemaparan mengenai “Status dan Peluang Riset Pemuliaan Tanaman Palma lainnya”. 

Dalam paparannya Hengky menjelaskan, Kelompok Riset Pemuliaan Tanaman Palma menangani riset tanaman palma lainnya selain kelapa dan sawit yaitu komoditas Sagu, Aren, Pinang, Lontar, Gewang, Nipah dan Kurma. Adapun untuk produk utama dari komoditas tersebut adalah berupa pati yang berasal dari sagu, gula aren, biji pinang kering, CPO dan PKO dari sawit, gula aren dari lontar, gula nipah, manisan buah kurma, serta putak dari gewang yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hingga tahun 2023 telah dihasilkan sebanyak 53 varietas unggul kelapa, 4 varietas sagu, 4 varietas aren, dan 3 varietas pinang.

Dijelaskan pula bahwa saat ini plasma nutfah in situ sangat beragam di lapangan, tetapi koleksi ex situ masih terbatas. Riset varietas unggul masih sebatas observasi unggul lokal atau diistilahkan dengan pemutihan. Perakitan varietas unggul melalui seleksi dan hibridisasi pun masih sangat terbatas untuk palma-palma di atas, kecuali sawit. 

“Tanaman palma lain ini membutuhkan perhatian serta kebijakan riset agar pengembangan ke depannya akan lebih baik lagi, karena sebagai sumber pangan dan energi, terutama bagi masyarakat di pedesaan dan daerah miskin,” sambung Hengky. 

 

Kemudian pemateri selanjutnya yaitu Ismail Maskromo, Peneliti Ahli Madya, PR Tbun BRIN, memberikan penjelasan pula mengenai hasil riset pemuliaan kelapa sampai dengan 2023.

“Inovasi varietas unggulnya sudah mencapai 53 varietas, terdiri atas 4 varietas kelapa Genjah Unggul Nasional, 6 varietas kelapa Genjah Unggul Lokal, 11 varietas kelapa Dalam Unggul Nasional, 22 varietas kelapa dalam unggul lokal, dan 10 varietas kelapa hibrida (G x D dan D x D),” pungkasnya. (*)