Perubahan Nutrien dan Oksigen di Teluk Jakarta Diteliti, Begini Hasilnya

pemaparan masalah dalam Penelitian Nutrien dan oksigen di teluk jakarta. (foto:gemapos/BRIN)
pemaparan masalah dalam Penelitian Nutrien dan oksigen di teluk jakarta. (foto:gemapos/BRIN)

Gemapos.ID (Jakarta) - Kota Jakarta dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia, dilewati oleh 13 sungai besar, beberapa sungai kecil dan 40 situ yang tersebar di lima wilayahnya. Selain sebagai sumber kehidupan, keberadaan sungai dan situ tersebut turut membawa permasalahan seperti banjir, kekeringan dan kualitas air.

Hal tersebut disampaikan Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Iwan pada webinar internasional bertopik “Sustainable Management of Water Resources and Nutrient Cycle in Asian Megacity Catchment”.

Webinar ini merupakan kolaborasi kegiatan PRLSDA BRIN dengan Graduate School of Advanced Science and Engineering Universitas Hiroshima, Jepang pada Senin (18/12) lalu.

Iwan menjelaskan, riset yang dilakukan bersama timnya bertujuan untuk memperkirakan pemuatan nitrogen dan sedimen ke Teluk Jakarta secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Pemodelan hidrologi SWAT digunakan untuk menghitung besarnya muatan unsur hara akibat perubahan penggunaan lahan.

Riset ini dilakukan pada luas area 6784,4 km2. Meliputi area dataran tinggi di puncak Bogor, area hutan, area pertanian, dan dataran rendah, antara lain di perkotaan seperti Jakarta, Tangerang dan Bekasi.

Menurut Iwan, kepadatan penduduk tertinggi ada di DKI Jakarta dan diikuti oleh wilayah Jabodetabek lainnya yakni Depok, Bekasi, Bogor, Tangerang menimbulkan permasalah antara lain seperti terjadinya perubahan penggunaan lahan, penyempitan dan memperlambat aliran sungai, penurunan permukaan tanah, buruknya sistem drainase dan kualitas air yang menurun.

Iwan juga mengatakan, air laut di Teluk Jakarta mengandung 52.156 ton silikat, 6.741 ton fosfat, dan 21.260 ton nitrogen.

Dijelaskannya, kepadatan penduduk di pulau Jawa cukup beragam dari 9 orang/km2 menjadi 880 orang/km2 pada tahun 1815 dengan rata-rata 35 orang/km2, dan rata-rata ini meningkat menjadi 330 orang/km2 pada tahun 1930 dan 1.000 orang/km2 pada tahun 2000 sedangkan pada tahun 2023 mencapai 14,464 orang/km2.

Berdasarkan hasil risetnya, Iwan menyebut berbagai temuan, diantaranya pertama, analisa perubahan penggunaan lahan menunjukkan bahwa lahan sawah merupakan penggunaan lahan yang dominan.

Namun, dari tahun 1990 hingga tahun 2020 luasnya mengalami penurunan karena adanya tekanan untuk kebutuhan lahan pemukiman. Bahkan dari proyeksi penggunaan lahan pada tahun 2030, lahan sawah juga mengalami penurunan menjadi 33,2%, akibat penambahan permukiman.

Kedua, dengan melakukan simulasi menggunakan SWAT yang terkalibrasi, perubahan penggunaan lahan juga mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan dan penurunan penyerapan air, yang tercermin dari penurunan nilai aliran dasar, selain itu juga mengakibatkan peningkatan nitrogen total mengalir ke teluk Jakarta.

Senada dengan Iwan, A'an Johan Wahyudi, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi (PRO) memaparkan risetnya di Teluk Jakarta, bertajuk “Multi-annual change  of nutrient and  dissolved oxygen of  the Jakarta Bay and  surrounding waters”.

Dalam risetnya, disebutkan perubahan properti biogeokimiawi perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya dikaji dengan memanfaatkan data in-situ eksisting, yakni pemantauan multi-tahun oleh DLH DKI Jakarta (2011-2021), dipilih data dari tahun 2017 hingga 2019, serta menggunakan data produk satelit Global Ocean Biogeochemistry Hindcast.

Untuk makronutrien nitrat dan fosfat serta oksigen terlarut dipilih sebagai variabel yang dikaji untuk menemukan perubahan antar waktu dua puluh tahun terakhir.

Menurut A’an, Teluk Jakarta yang mendapat tekanan antropogenik dari wilayah daratan di sekitarnya diketahui telah mendapatkan masukan material organik dan nutrien yang cukup besar.

“Hal ini menyebabkan dinamika biogeokimiawi yang cukup kompleks yang disebabkan juga oleh pengaruh iklim monsun. Perubahan musim monsun, mempengaruhi tinggi rendahnya nutrien dan oksigen terlarut di Teluk Jakarta,” ungkapnya.

Peneliti BRIN lainnya yang memberikan paparan adalah Anna Fadliah Rusydi, Peneliti Ahli Muda PRLSDA BRIN, memaparkan materi berjudul “Challenges to Groundwater Quality in Coastal Indonesia”.

Sementara Hendro Wibowo, Peneliti Ahli Madya PRLSDA BRIN, memaparkan materi berjudul “Citarum River Research Program: Towards improvement of water quality and implementation of DSS for watershed management”. (rk/*)