Geram Kembali Dikerjai Wasit, Persik Desak VAR Segera Diterapkan

(Foto: gemapos/Persikfc.id)
(Foto: gemapos/Persikfc.id)


Gemapos.ID (Jakarta) Persik Kediri masih merasa kecewa setelah bermain imbang 1-1 melawan PSIS pada pekan ke-10 Liga 1 2023/2024 di Stadion Brawijaya Kota Kediri, Jumat (25/8/2023).

Rasa kecewa ini timbul karena wasit Ryan Nanda Saputra dianggap telah beberapa kali membuat keputusan yang merugikan tuan rumah.

Persik bahkan telah mengajukan nota protes resmi kepada PSSI dan PT LIB sebagai federasi dan operator kompetisi sepak bola di Indonesia.

 

"Terdapat setidaknya tiga kejadian yang diabaikan oleh wasit Ryan Nanda Saputra dalam pertandingan tersebut, dan hal ini sangat berpengaruh pada hasil akhir," ungkap Muhammad Syahid Nur Ichsan, Manajer Tim Persik Kediri.

Kejadian pertama adalah ketika wasit membiarkan terjadinya handball di dalam kotak penalti lawan pada masa injury time babak pertama, yang dilakukan oleh pemain PSIS, Wawan Febrianto.

Handball tersebut seharusnya seharusnya dihukum dengan tendangan penalti untuk Persik Kediri. Ironisnya kejadian itu terjadi tepat di hadapan wasit.

Kejadian kedua terjadi pada menit ke-60, dimana wasit membatalkan gol yang dicetak oleh Persik. Namun, dalam tayangan kamera, jelas terlihat bahwa bola telah mengenai badan pemain terlebih dahulu sebelum masuk ke gawang PSIS.

"Kesalahan terakhir, saat injury time babak kedua wasit kembali mengabaikan dan tidak memberikan pelanggaran kepada Persik. Insiden ini saat Riyatno Abiyoso dilanggar lawan di dalam kotak penalti PSIS," tuturnya.

Ini adalah protes resmi yang kedua kali dilakukan oleh Persik Kediri. Sebelumnya, pada pekan kesembilan, saat Persik mengalami kekalahan dari Barito Putera di Stadion Demang Lehman Martapura, mereka juga melakukan protes serupa.

Dengan banyaknya kesalahan yang terjadi di BRI Liga 1 musim ini, Persik mendesak agar rencana PSSI untuk memperkenalkan video assistant referee (VAR) segera diutamakan.

"Berulangnya kepemimpinan wasit yang kontroversial di setiap pekan Liga 1 dapat merusak semangat transformasi sepakbola Indonesia dan menganggu jalannya kompetisi itu sendiri," pungkasnya.(da)