Siapa Bilang Mak Mak Hanya Ngegosip, Ini Faktanya

"Bapak-bapak entah sibuk apa, tapi anak-anak dan ibu-ibu itu kayaknya banyak yang investasi di surat berharga negara kita," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati pada Jumat (3/2/2023).
"Bapak-bapak entah sibuk apa, tapi anak-anak dan ibu-ibu itu kayaknya banyak yang investasi di surat berharga negara kita," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati pada Jumat (3/2/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan semakin banyak masyarakat yang ingin membeli surat utang negara (SUN). Dari hal ini mayoritas pembeli berasal dari mahasiswa dan ibu-ibu (mak-mak).

"Bapak-bapak entah sibuk apa, tapi anak-anak dan ibu-ibu itu kayaknya banyak yang investasi di surat berharga negara kita," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati pada Jumat (3/2/2023).

Utang pemerintah dipakai membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Utang ini diterbitkan secara konvensional dan syariah.

"Anak-anak mahasiswa sekarang sudah banyak. Di bawah 20 tahun sekarang jadi investor, mereka bisa beli dengan Rp500.000 dan mereka makin safe," ujarnya. 

Pemerintah menghentikan penerbitan surat berharga negara, maka masyarakat bingung tabungan ditaruh di mana.

"Akhirnya masuk ke pinjol-pinjol yang itu. Jadi mereka butuh inyang i, yang dipercaya dan menjaga nilai tabungan mereka. Makanya pemerintah makin banyak surat berharga negara di dalam negeri," ucapnya. 

Dengan semakin banyaknya investor lokal yang membeli surat utang negara, maka ekonomi Indonesia akan lebih stabil. Sebab sumber utang dari dalam negeriý tidak terpengaruh jika ada gejolak global.

"Jadi kita investor based-nya dalam negeri, currency-nya kita jaga antara rupiah dengan yang forex. Kalau kita lihat jatuh temponya harus cukup panjang sehingga jangan sampai kemudian akan jatuh tempo besok kita nggak punya untuk membayarnya. Itu adalah manajemen utang yang kita kelola secara prudent," ujarnya.

Sri Mulyani Indrawati ģmenjamin utang pemerintah per 30 Desember 2022 yang sebesar Rp 7.733,99 triliun atau 39,57% terhadap produk domestik bruto (PDB) masih aman.

"Yang Anda sebut sehat, 39% itu sehat sebetulnya. Anda tuh dianggapnya sehat itu nggak ada utang, nggak ada. Semua negara mau Brunei Darussalam, Saudi Arabia dia punya utang," ucapnya. (dtf/din)