Begini Perkiraan Pengamat Terkait Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Krisis Global

“Even in the worst case scenario dengan rasio utang 40 persen dari PDB, ini masih relatif aman dengan kondisi seperti ini. Bunga cicilan kita sekitar 15 persen dari budget, di kita seharusnya kekhawatiran rasio utang tidak signifikan,” kata  Ekonom Senior Chatib Basri di Jakarta pada Rabu (12/10/2022).
“Even in the worst case scenario dengan rasio utang 40 persen dari PDB, ini masih relatif aman dengan kondisi seperti ini. Bunga cicilan kita sekitar 15 persen dari budget, di kita seharusnya kekhawatiran rasio utang tidak signifikan,” kata Ekonom Senior Chatib Basri di Jakarta pada Rabu (12/10/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Ekonom Senior Chatib Basri menilai risiko krisis utang di Indonesia relatif kecil karena rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih aman. Hal ini berdasarkan utang terhadap PDB mencapai 38,3% per Agustus 2022.

“Even in the worst case scenario dengan rasio utang 40 persen dari PDB, ini masih relatif aman dengan kondisi seperti ini. Bunga cicilan kita sekitar 15 persen dari budget, di kita seharusnya kekhawatiran rasio utang tidak signifikan,” katanya di Jakarta pada Rabu (12/10/2022). 

Beberapa negara berkembang, terutama di Afrika, berpotensi tinggi mengalami krisis utang karena saat penyebaran pandemi Covid-19. Mereka harus menaikkan defisit anggaran untuk mengatasi pandemi, sehingga mereka menarik lebih banyak utang.

Dengan peningkatan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara, negara-negara tersebut harus membayar bunga utang yang relatif lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Dengan kondisi itu, menurutnya Indonesia justru bisa diuntungkan sebagai salah satu negara dengan risiko krisis utang yang lebih kecil.

“Dengan risiko krisis utang itu, orang mesti mencari relokasi termasuk ke kita. Itu sebabnya performance pasar modal kita lumayan,” ujarnya/ 

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengemukakan bursa Indonesia menjadi bursa terbaik kelima di dunia.

Pada 2022 jumlah bursa di dunia yang mencatatkan kinerja positif seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh sekitar 6%. 

“Nilai rata-rata transaksi harian di bursa kita tumbuh kira-kira 14,5 persen dari sekitar Rp13 triliun, tahun ini kita mencapai Rp15,2 triliun,” ujarnya. (ant/mau)