Begini Potret Perkembangan Industri Keramik Sampai Akhir 2022

"Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2014 dan sebagai jawaban dari efektivitas kebijakan pemerintah yang memberikan harga gas bumi tertentu sebesar enam dolar AS per juta British thermal unit (MMBTU) untuk industri keramik," kata Ketua Umum (Ketum) Asaki Edy Suyanto di Jakarta pada Senin (12/12/2022).
"Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2014 dan sebagai jawaban dari efektivitas kebijakan pemerintah yang memberikan harga gas bumi tertentu sebesar enam dolar AS per juta British thermal unit (MMBTU) untuk industri keramik," kata Ketua Umum (Ketum) Asaki Edy Suyanto di Jakarta pada Senin (12/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengungkapkan industri keramik nasional mencapai utilisasi produksi sebesar 79% pada akhir 2022. Angka ini hampir mencapai target sebesar 80 persen pada 2022.

"Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2014 dan sebagai jawaban dari efektivitas kebijakan pemerintah yang memberikan harga gas bumi tertentu sebesar US$6 per juta British thermal unit (MMBTU) untuk industri keramik," kata Ketua Umum (Ketum) Asaki Edy Suyanto di Jakarta pada Senin (12/12/2022).

Perbaikan daya saing industri keramik terlihat dari kinerja ekspor meningkat sebesar 3% pada 2022. Hal ini dibarengi impor keramik untuk kali pertama turun sebesar 2% sejak 2013 untuk periode 2022.

"Asaki tetap memandang optimis berkaitan penjualan keramik untuk 2023, meskipun perekonomian dunia diramalkan akan dihadapkan dengan penuh ketidakpastian dan cenderung suram," ujarnya. 

Asaki memproyeksikan tingkat utilisasi akan naik ke level 83% hingga 85% dengan perkiraan total produksi mencapai 470 juta meter persegi (m2) atau setara dengan konsumsi per kapita sebesar 1,7 meter persegi per kepala.

"Angka ini masih di bawah tingkat konsumsi per kapita di kawasan Asia Tenggara, yang rata-rata di atas tiga meter persegi per kepala dan rata-rata dunia di level 2,5 meter per segi per kapita," ujarnya. 

Asaki menargetkan angka ekspor keramik tumbuh sebesar 5% pada 2023 dengan tujuan ekspor utama yakni ke Filipina, Malaysia, Thailand, Taiwan, AS, dan Australia.

Proyek ekspansi kapasitas berjalan dengan baik sesuai rencana dengan tambahan kapasitas baru sekitar 75 juta m2 atau setara dengan 90% angka impor tahunan dan diproyeksikan akan selesai sebagian 2023 dan sisanya pada 2024.

"Asaki mengharapkan beberapa dukungan dan atensi pemerintah untuk menghadapi tantangan pada 2023, di antaranya penundaan pelaksanaan aturan muatan melebihi kapasitas kendaraan atau over dimension/over loading (ODOL) di awal 2023 ke tahun 2025," ucapnya. 

Jadi, pemberlakuan aturan ODOL berakibat kenaikan harga jual keramik sebesar minimal 20% lantaran ongkos angkut akan meningkat 240%.

"Dengan kondisi daya beli masyarakat yang turun saat ini sudah bisa dipastikan bahwa kenaikan harga tersebut tidak bisa diserap oleh pasar dan tentunya akan memicu kenaikan harga properti nasional," tuturnya. (ant/moc)