Program PPM Pemerintah-Tambang Dukung Kesejahteraan Petani Kakao di Berau

Ilustrasi- Petani kakao (foto; gemapos/istock)
Ilustrasi- Petani kakao (foto; gemapos/istock)

Gemapos.ID (Jakarta)- Adanya Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang merupakan hasil dari sinergi antara pemerintah dan badan usaha sektor pertambangan, telah ikut andil dalam menopang kesejahteraan petani kakao di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Diketahui, program yang dikembangkan PT Berau Coal tersebut, bertujuan meningkatkan kapasitas petani kakao, mengembangkan inovasi teknologi dan mendukung keberlanjutan industri kakao di Indonesia dengan produksi yang melimpah dan berkualitas.

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam rilis yang dikutip di Jakarta, Sabtu (9/12).

"Pemerintah dan swasta perlu bersinergi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao Indonesia. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan Indonesia dapat menjadi salah satu produsen kakao terbesar di dunia," katanya. 

Adapun dalam program tersebut, Berau Coal melakukan pendampingan di Kampung Rantau Panjang, Berau, Kalimantan Timur, dengan memberikan pelatihan tentang teknik budidaya dan pengolahan biji kakao untuk meningkatkan nilai jual.

"Program budidaya kakao telah dimulai sejak 2010. Program ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan menciptakan lapangan kerja baru," ucap Social Enterprise Coordinator Berau Coal Yandi Rama Krisna.

Sebagai informasi, program tersebut dilaksanakan oleh Berau Cocoa, anak perusahaan Berau Coal, di lahan seluas 600 hektare dengan melibatkan 184 petani. Menurut data Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, pada periode 2018-2019, terdapat sekitar 1.200 hektare kebun kakao.

Meski demikian, saat dilakukan proses peremajaan data pada Oktober 2023, tersisa hanya 500 hektare dan sisanya seluas 700 hektare telah beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit.

"Tugas kami agar petani bisa kembali dan mengembangkan kakao menjadi lebih besar. Sudah jelas pasarnya 7.000 ton dan baru terpenuhi 100 ton di Berau," terang Yandi.

Menurutnya, pelatihan budi daya kakao yang diberikan kepada para petani meliputi cara memilih bibit kakao yang baik, menanam kakao, merawat kakao, hingga cara memanen kakao. Selain pelatihan teknis, petani kakao juga mendapatkan pendampingan pemasaran agar dapat menjual produknya dengan lebih baik.

"Tugas kami agar (petani kakao) bisa berbudi daya kakao hulu hilir, mendampingi, lalu mempromosikan, sehingga kakao menjadi produk unggulan," tambah Yandi.

Tak hanya dipasok ke industri kakao, biji kakao juga dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar perusahaan dengan warga binaan Berau Coal turut membantu mengoordinasikan produk dan memasarkannya di Rumah Kemas Batiwakkal.

"Di sini ada 55 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang turut memasarkan produknya, sebagian berbahan kakao, tapi ada juga dari bahan lain," terang Yandi.

Sementara itu, Berau Coal tak hanya fokus pada budidaya kakao, tetapi juga membangun Politeknik Sinar Mas Berau, yang berfokus pada pengembangan pendidikan dan peningkatan peluang ekonomi di Kabupaten Berau untuk membantu mewujudkan tenaga kerja lokal yang andal dan profesional.

Adapun Politeknik tersebut menjadi salah satu perguruan tinggi, yang banyak diminati pelajar di Berau untuk membantu percepatan kemajuan program akademik.(ra)