Rupiah Kembali Melemah Dampak Index Dolar AS Meningkat

Ilustrasi petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. (gemapos/ant)
Ilustrasi petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. (gemapos/ant)


Gemapos.ID (Jakarta) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan pelemahan rupiah masih dipengaruhi faktor eksternal, yakni peningkatan index dolar Amerika Serikat (AS) dan obligasi pemerintah AS akibat dari sinyal hawkish dari The Fed.

“Tekanan terhadap rupiah sedikit mereda dibanding kemarin (Selasa 26/9). Pelemahan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal meningkatnya index dolar AS dan obligasi pemerintah AS akibat dari sinyal hawkish The Fed,” ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (27/9/2023).

Dalam beberapa hari terakhir, pejabat Fed menandai kemungkinan Bank Sentral AS menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah mempertahankan suku bunga stabil pada pekan lalu, seiring tetap memperketat sikap kebijakan moneter yang hawkish.

Pelaku pasar disebut masih menunggu data ekonomi AS yang akan dirilis pada pekan ini, yakni data pengeluaran konsumsi masyarakat (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS.

“Prediksi index harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS diperkirakan naik 0,2 persen dibanding bulan sebelumnya,” kata Rully.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 30 poin atau 0,19 persen menjadi Rp15.520 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.490 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu turut melemah ke posisi Rp15.526 dari sebelumnya Rp15.464 per dolar AS.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah turut dipengaruhi permintaan dolar AS yang cukup besar selama akhir kuartal III/2023, di mana banyak perusahaan yang listing di bursa saham harus membagi dividen untuk investor. Setiap tahun, periode pencarian dividen terjadi pada Mei dan September 2023.

“Permintaan dolar AS di dalam negeri akan meningkat 1-2 bulan sebelum pencairan dividen. Ini juga yang menjadi alasan rupiah berada dalam tren pelemahan hingga saat ini,” ucap Ibrahim dalam keterangan tertulis.

Kendati demikian, Bank Indonesia (BI) menyatakan pelemahan ini terjadi sementara. Fundamental ekonomi dalam negeri yang semakin membaik akan mendorong penguatan rupiah ke depan. (ns)