Kata Ganjar Soal Moderasi Beragama Masyarakat Indonesia

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di penutupan simposium PPIDK (foto: ant)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di penutupan simposium PPIDK (foto: ant)


Gemapos.ID (Jakarta) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbicara soal moderasi beragama dalam penutupan simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timur Tengah-Afrika di Tunis, Tunisia, Rabu (19/7).

Ganjar Pranowo menilai moderasi atau sikap moderat merupakan laku kesehariaan masyarakat Indonesia yang telah diwarisi oleh nenek moyang bangsa.

"Bagi bangsa Indonesia, moderasi bukan tujuan, namun sudah menjadi laku kesehariaan yang kita warisi dari nenek moyang," kata Ganjar yang disampaikan secara daring.

Dia mengatakan bahwa moderasi menjadi stimulan untuk menaikkan derajat kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ganjar mencontohkan dirinya mengucapkan enam salam, yaitu empat salam utama berdasarkan semangat keagamaan, satu salam penghayat kepercayaan, dan satu salam berdasarkan semangat kenegaraan.

"Cuma Indonesia yang memiliki salam sebanyak itu, belum ditambah dengan salam kedaerahan. Ini bukan perkara efisien atau tidak, namun itu cara menghormati dan menjaga hati saudara sebangsa dan se-Tanah Air," ujarnya.

Ganjar yang juga menjadi bakal calon presiden pada Pemilu 2024 itu menilai mengucapkan salam tersebut merupakan cara menghormati dan menjaga perasaan semua anak bangsa.

Dia menilai ketika berhasil menyelami dan memahami semangat filosofis yang diturunkan nenek moyang kepada masyarakat maka saat itu berhasil menjaga hati serta perasaan sebuah bangsa.

"Cara-cara seperti itu yang tidak kita temui dalam pusat-pusat peradaban dunia, seperti Inggris, China, India maupun Arab Saudi. Apalagi ketika semangat filosofis itu diturunkan diaktualisasikan dalam Pancasila," katanya.

Ganjar menilai semangat Pancasila menjadi paham dan pegangan seluruh masyarakat dunia untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran.

Menurut dia, Pancasila tidak berdiri di atas satu agama, suku/golongan, dan tidak memiliki kepentingan ekonomis satu kelompok.

"Ketika ada negara yang menjadikan agama dan modernisasi sebagai pijakan utama serta eksklusif yang justru jadi pemicu konflik maka Indonesia hadir dengan sepenuh cinta untuk semua anak bangsa dengan semangat moderasi," ujarnya.

Menurut dia, apabila ada masyarakat Indonesia yang tidak moderat maka lupa sejarah dan asal usul bangsanya. Oleh karena itu, menjadi tugas bersama untuk mengingatkan dan memberi pemahaman ulang dari nenek moyang bangsa Indonesia. (nug)