Silang Pendapat Anies dan Ganjar Soal IKN



Gemapos.ID (Jakarta) Asosiasi Pemerintah Kota Se Indonesia (APEKSI) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-XVI di Kota Makassar pada 10 – 14 Juli 2023. Namun, ada hal menarik dalam even yang menjadi tempat berkumpulnya Wali Kota se-Indonesia tersebut. Apa itu? Hal menarik tersebut adalah bertemunya tiga figur bakal calon presiden (bacapres) dalam satu panggung. Mereka adalah Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.  Seperti yang telah diketahui bahwa Anies Baswedan adalah bacapres yang diusung oleh Partai Nasdem, PKS, dan Demokrat. Kemudian Prabowo Subianto yang diusung oleh Partai Gerindra. Serta Ganjar Pranowo yang merupakan bacapres dari PDIP.

Dalam Rakernas ke-XVI APEKSI tersebut, tiga bacapres tadi diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan, ide, serta gagasannya untuk Indonesia mendatang. Kesempatan tersebut pun memberikan ruang kepada bacapres untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Tidak hanya monolog, sesi tanya jawab pun dibuka untuk mengelaborasi ide-ide yang muncul. Tentu banyak aspek yang dibahas oleh tiga bacapres ini dalam gagasannya, mulai dari tata ruang, menciptakan kota yang nyaman bagi warganya, kesediaan pangan, ketersediaan energi dan lain sebagainya. Tetapi, ada satu hal menarik yang tentunya menjadi sorotan publik. Hal menarik tersebut adalah soal keberlangsungan IKN yang kini sedang massive dikerjakan oleh pemerintahan Joko Widodo.

Perspektif Anies Tentang IKN

Pertanyaan tentang IKN tentu menjadi satu pertanyaan yang menarik. Dan yang lebih menarik lagi adalah jawaban dari bacapres itu sendiri, utamanya Anies Baswedan. Sosok Anies Baswedan sendiri muncul dengan narasi “perubahan untuk perbaikan”, atau kalau meminjam istilah Zulfan Lindan, Anies itu adalah “antitesis”-nya Joko Widodo. Atau secara sederhana, bisa dikatakan kalau Anies terpilih dalam Pemilu 2024 mendatang menjadi Presiden RI, maka segala bentuk kebijakan yang diwariskan oleh presiden sebelumnya, belum tentu dilanjutkan lagi. Mungkin IKN termasuk di dalamnya.

Dalam penjelasan singkatnya, Anies mengungkapkan bahwa sesuatu yang disiapkan atau direncanakan dengan baik, kemudian memiliki dasar yang kuat, maka sesuatu tersebut tidak memerlukan “otot politik” yang kuat untuk dilaksanakan. Menurut Anies, sesuatu yang sudah memiliki dasar dan perencanaan yang baik akan dengan sendirinya menggelinding dan mendapat dukungan dari rakyat. Begitu juga sebaliknya, apabila sesuatu yang tidak direncanakan dengan baik, kemudian tanpa dasar yang kuat, maka pemimpin akan menggunakan “otot politik” yang dimilikinya untuk memaksakan agar sesuatu dapat berjalan sesuai keinginannya.

Dalam pernyataan tersebut dapat kita duga, bahwa tidak ada sebuah kepastian, apakah IKN akan berlanjut atau tidak apabila Anies berhasil menjadi Presiden RI selanjutnya. Hal ini tentu semakin menguatkan Anies Baswedan sebagai bacapres yang membawa sebuah perubahan untuk perbaikan bagi Indonesia—ya setidaknya bagi kelompok pengusung dan pendukungnya. Hehehe.

Perspektif Ganjar Tentang IKN

Berbeda dengan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo sebagai bacapres yang diusung oleh PDIP dan kemudian mendapat dukungan dari PPP, Hanura, dan Perindo, melihat IKN dari sudut pandang yang berbeda. Ganjar memandang bahwa IKN adalah salah satu wujud masa depan Indonesia. Ia memandang bahwa bicara IKN, maka tidak hanya bicara soal membangun gedung, tetapi juga bicara soal energi hijau, ekonomi biru, penggunaan energi terbarukan yang dapat menekan polusi udara, juga bicara soal pengolahan sampah yang lebih efektif.

Bagi Ganjar, hadirnya IKN juga membuka ruang atau potensi untuk kreativitas bangsa yang saat ini sedang diganjar bonus demografi. Untuk memfasilitasi hal tersebut, maka IKN juga diproyeksikan akan muncul begitu banyak creative hub yang akan diisi oleh anak-anak muda Indonesia. Ia pun memberi sebuah contoh, yakni Silicon Valley—sebuah daerah di daerah selatan wilayah Teluk San Fransisco, California, Amerika Serikat.

Pandangan yang disampaikan Ganjar Pranowo soal IKN tentu menjadi wajar, karena partai politik yang mengusung Ganjar Pranowo dan Joko Widodo sama, yaitu PDIP. Sebagai the next Jokowi, tentu dapat diduga bahwa Ganjar Pranowo memiliki narasi dan perspektif pembangunan nasional yang kurang lebih sama dengan Joko Widodo. Dugaan ini juga diperkuat dengan pernyataan Ganjar yang mengatakan bahwa Joko Widodo adalah mentornya dalam berpolitik.

Terlepas dari dua perspektif yang berbeda dari dua tokoh politik nasional tersebut dalam memandang persoalan IKN, setidaknya kita bisa bersepakat bahwa IKN adalah salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Karena patut diingat, bahwa pembangunan fasilitas dasar IKN sejak tahun 2020-2023 ini telah menghabiskan anggaran sebesar Rp. 36,72 triliun dari total Rp. 62,27 triliun hingga tahun 2024 mendatang. Tentu angka tersebut bukanlah angka yang sedikit. Andai kata uang segitu, kita pake beli laptop, mungkin masing-masing peserta didik enggak ada yang ke warnet lagi untuk bikin tugas. Hehehe.

Selain itu, kita juga harus memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada APEKSI karena telah memberi ruang kepada tiga bacapres untuk bertukar gagasan. Menurut saya, tentu ini menjadi sebuah kemajuan dalam berdemokrasi, juga menunjukkan kedewasaan bangsa Indonesia dalam menyikapi perbedaan pandangan. Jadi, siapa lagi nih yang mau mendatangkan tiga bacapres ini? Ada yang mau coba?