Review Buku 'What's So Wrong About Your Life' - Ardhi Mohamad



'What's So Wrong Abaout Your Life' buku karya Ardhi Mohamad. Dari judulnya saja kita sudah tahu materi apa yang dibahas dalam buku ini. 

Tentu saja tentang hal-hal yang sering dikeluhkan dalam kehidupan remaja terkhusus pada masa life quarter. Di dalamnya, Ardhi -penulis- menuliskan bahwa cinta bukanlah jawaban dari semua permasalahan kehidupan. Ada banyak hal yang harus dipikirkan dalam hidup, entah itu cita-cita, kebahagiaan, atau justru kedamaian pada diri sendiri.

Menggunakan bahasa yang mudah diterima oleh remaja, terkesan friendly dan santai, buku ini telah dicetak ulang sebanyak sembilan kali. Pemilik akun instagram @ardhimd itu juga sering mempromosikan buku ini di sela-sela postingan instagramnya, ditambah latar belakangnya yang seorang lulusan psikologi, membuat buku yang bersampul biru muda ini terkesan sangat valid dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Jika kita menilai tampilan fisik dari buku ini, pada covernya terasa seperti tiga dimensi dan bertekstur. Kertasnya berwarna kuning kecoklatan, mix dengan hitam di beberapa halaman untuk menandakan judul baru di setiap babnya, di mana hal ini dapat membuat mata terasa nyaman saat membaca.

Setelah membaca buku WSWAYL secara menyeluruh, dapat diketahui bahwa buku ini lebih terlihat seperti “sele-sele” atau buku coretan Ardhi yang dicetak tidak sengaja oleh penerbit (hahaha). Karena ada banyak kata yang salah kemudian dicoret lalu diganti dengan yang benar; simbol-simbol seperti garis, lingkaran, bahkan mirip seperti mind mapping sering ditampilkan Ardhi di penghujung halaman sebelum membahas bab baru.

Buku WHAT’S SO WRONG ABOUT YOUR LIFE’ tidak hanya menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan sisi mental illness dari sudut pandang psikologi (dunia) saja, tetapi Ardhi juga mengaitkannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pendukung dan solusi dari permasalahan yang sedang dibahas.

Ada beberapa kalimat yang kutandai saat membaca buku ini dan menjadi favoritku, misalnya,

“Pada akhirnya, kita sama-sama tahu bahwa hidup nggak selalu mudah. Jadi, jangan menambah beban dengan membenci diri sendiri. Who else can love you if you hate yourself?”

Ada yang berhubungan dengan cinta,

“Ketika kamu merasa hidupmu hampa tanpa dia, ketika kamu merasa nggak punya tujuan hidup tanpa dia, ketika nggak ada lagi alasan hidup kecuali dia, ketika kamu dikecewakan lagi dengan manusia dan apa-apa yang ada di dunia ini, itu semua adalah dampak dari kesalahanmu; kesalahan kita.”

Kemudian, berhubungan dengan media sosial,

“Media sosial menjadi baik atau buruk tergantung si pengguna. Ketika kita nggak bisa mengontrol penggunaan media-media teknologi, maka media-media itulah yang akan mengontrol kita.”

Dan yang terakhir (pastinya) tentang sebuah proses menuju sukses,

“Kita nggak bisa sekadar mengandalkan ikhtiar kita. Kita juga butuh untuk terus berdoa. Tetapi, tentu aja, kita harus tetap berusaha yang terbaik yang kita bisa. Lalu, terus berdoa. Dan, terus bertawakal kepada Allah. Dan, nikmati prosesnya. Nggak usah terlalu pusing mikirin hasilnya, karena what’s not meant to be yours will never be yours. And what’s yours… will be yours.”

See? Buku ini tuh, walau nggak tebal, tapi isinya lengkap banget.

Hidup nggak selalu mudah, cinta bukan segalanya, media sosial belum tentu sesuai dengan kenyataannya, ikhtiar tanpa doa dan tawakal tidaklah berguna.

Semuanya ada lho di dalam buku ini. Nggak ngerti lagi hikss... (terharu)

Nggak heran kenapa buku WSWAYL menjadi buku best seller dengan pembaca dominan di kalangan remaja 20 tahunan.

Sebagai penutup, Ardhi banyak menekankan mengenai self-love. Nggak salah, sih, karena self-love memang penting dan terkadang tanpa sadar menjadi pemicu besar masalah kehidupan. Padahal, dengan mencintai diri sendiri, kita jadi nggak menggantungkan harapan dengan siapapun (selain Allah), kita jadi bisa menghargai diri sendiri dan menikmati proses yang ada tanpa membandingkannya dengan orang lain, dengan mencintai diri sendiri, kita bisa paham bahwa pemicu utama dari masalah hidup adalah kurangnya rasa syukur kita atas apa nikmat yang telah Allah beri.

Membaca setiap halaman di buku ini, aku selalu merasa isinya sedang menyindirku (sedih).

Jadi, beli aja deh bukunya! Aku udah kehabisan kata-kata karena sanking bagusnyaaa!!!

Review buku oleh Dewi Susilawati