Baru Berapa Hari Menjadi Ketum PSSI, Erick Thohir Sudah Bikin Polemik Baru Soal Regulasi Pemain Naturalisasi Liga 1

klok dan Jordi Amat, Pemain naturalisasi Timnas Indonesia (ist)
klok dan Jordi Amat, Pemain naturalisasi Timnas Indonesia (ist)

Gemapos.ID (Jakarta) - Berikut aturan baru regulasi pemain asing serta aturan jumlah pemain dan pemain naturalisasi suatu klub Liga 1 pasca acara Sarasehan Sepakbola Nasional yang dihelat PSSI.

PSSI bersama kepengurusan barunya yang dipimpin Erick Thohir, melakukan acara Sarasehan Sepak Bola Nasional yang dihelat Sabtu (4/3) di Surabaya, Jawa Timur.

Polemik menyertai pernyataan PSSI soal regulasi pembatasan pemain naturalisasi di setiap tim Liga 1 Indonesia.

Regulasi baru PSSI ini tentu membuat banyak pemain naturalisasi timnas Indonesia merasa haknya sebagai pemain sepakbola diusik dan merasa regulasi ini menjadi sebuah diskriminasi.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh pemain Persib Bandung yang juga merupakan pemain naturalisasi untuk Timnas Indonesia.

Dia menilai kalau regulasi baru yang akan diterapkan ini bersikap diskriminatif terhadap pemain-pemain naturalisasi yang membela Indonesia di kancah internasional.

“Kami WNI, dan semua WNI seharusnya memiliki hak yang sama, namun kami merasa peraturan tersebut mendiskriminasi kami sebagai warga negara naturalisasi,” tulis Klok di akun Instagram pribadinya.

Marc Klok berharap Liga Indonesia bisa menjadi kompetisi yang ramah, terlepas dari latar belakang setiap pemainnya.

"Kami memilih Indonesia karena kami mencintai negara ini dan berkomitmen untuk menjadi bagian dari komunitas sepak bola di sini,” tulis Klok

“Kami harap liga yang ramah bagi semua pemain, terlepas dari asal mereka dan latar belakang mereka," lanjut dia.

Bukan hanya Marc Klok, pemain lain seperti Alberto Goncalves juga mengungkapkan rasa tidak setujunya berkaitan dengan regulasi baru tersebut.

Alberto Goncalves mengharapkan PSSI untuk lebih menghargai para pemain naturalisasi karena sudah memberikan yang terbaik bagi Negara.

"Waktu di timnas kita lokal. Sekarang di liga kita jadi naturalisasi. Coba hargai kita dan semua yang kita buat untuk negara ini," tulis Beto lewat fitur Instagram Story.

Pernyataan serupa juga datang dari Diego Michiels dan Ezra Walian yang sama-sama pernah membela timnas Indonesiasetelah resmi dinaturalisasi menjadi WNI.

"Kebangsaan Indonesia, keluarga Indonesia, tinggal di Indonesia, kenapa main di klub jadi naturalisasi?" tulis Ezra Walian mempertanyakan wacana pembatasan pemain naturalisasi.

"Saya seorang Indonesia, saya ada darah Indonesia. Saya tidak setuju kalau pemain seperti saya dimasukkan dalam wacana tersebut,” tulis Diego Michiels, bek Borneo FC.

"Namun, kalau orang yang tidak punya darah Indonesia, saya setujui," katanya lagi.

Setelah suara dari pemain naturalisasi ramai di media sosial, APPI mengunggah pernyataan resmi.

APPI menilai, pembatasan pemain naturalisasi pada kompetisi sepak bola Liga 1 Indonesia merupakan bentuk pelanggaran terhadap HAM.

APPI berpedoman pada Universal Declaration of Player Rights dan FIFA's Human Rights Policy ketika mengeluarkan respons tersebut.

"Pembatasan pemain naturalisasi merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), setelah seseorang dinyatakan menjadi Warga Negara Indonesia(WNI),”

“Seyogyanya ia mendapatkan hak yang sama dengan WNI lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia," demikian tertulis dalam unggahan di laman resmi APPI, Senin 6 Maret 2023 lalu.

APPI berpandangan bahwa pembatasan pemain naturalisasi bukanlah langkah tepat untuk menyelesaikan polemik yang ada.

"Jika naturalisasi dianggap suatu polemik di sepak bola nasional, perlu dicari solusi terbaik dan bukan malah membatasi jumlahnya dalam setiap tim," tulis APPI.

"Terlebih sebagian dari pemain-pemain tersebut pernah dan bahkan masih menjadi pemain aktif dari tim nasional Indonesia,”

“Sebagian dari mereka memilih menjadi WNI karena kebutuhan dan permintaan untuk tim nasional," demikian lanjutan pernyataan APPI terkait rencana pembatasan pemain naturalisasi di Liga 1 Indonesia