Kemendag Optimistis Neraca Perdagangan Surplus Tahun Depan, Ini Berbagai Jurusnya

"Tahun depan kami coba prediksi masih kemungkinan kita masih surplus neraca perdagangan. Angka pertumbuhan ini akan bergantung pada situasi yang akan dihadapi, termasuk di negara tujuan ekspor," kata Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag di Jakarta pada Selasa (20/12/2022).
"Tahun depan kami coba prediksi masih kemungkinan kita masih surplus neraca perdagangan. Angka pertumbuhan ini akan bergantung pada situasi yang akan dihadapi, termasuk di negara tujuan ekspor," kata Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag di Jakarta pada Selasa (20/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan surplus neraca perdagangan mencapai US$38,3 miliar sampai US$38,5 miliar pada 2023.

"Tahun depan kami coba prediksi masih kemungkinan kita masih surplus neraca perdagangan. Angka pertumbuhan ini akan bergantung pada situasi yang akan dihadapi, termasuk di negara tujuan ekspor," kata Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag di Jakarta pada Selasa (20/12/2022). 

Surplus neraca perdagangan akan diperoleh dari pertumbuhan ekspor nonmigas mencapai 3,9% sampai 4,7% tahun depan. Kemudian, ekspor migas diproyeksikan tumbuh 6,8% sampai 8%. 

Kemendag mencapainya dengan program prioritas yakni penguatan pasar dalam negeri dan peningkatan ekspor nonmigas.

Selain itu memperkuat pasar rakyat; menjaga stabilisasi harga bahan pokok, penguatan distribusi, dan pembinaan pelaku usaha; perlindungan konsumen dengan pengawasan kegiatan perdagangan dan edukasi konsumen; serta pengawasan pasar berjangka komoditi dan Sistem Resi Gudang.

Sementara itu untuk meningkatkan ekspor nonmigas dengan memperkuat perundingan perdagangan internasional; memfasilitasi perdagangan luar negeri; promosi perdagangan; dan pelatihan dan pendampingan ekspor bagi Usaha Kecil Menengah (UKM). 

Kasan mengutarakan pengembangan ekspor barang dan jasa bernilai tambah ditujukan meningkatkan produktivitas perekonomian.

Hal lainnya melakukan penetrasi ke pasar nontradisional ke negara-negara Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.

"Fokus ke negara non tradisional perlu jadi strategi tahun depan. Termasuk menghindari, sebagai bagian dari kompensasi melemahnya atau terjadinya krisis di negara-negara tradisional," ujar Kasan.

Sebanyak 27 perjanjian perdagangan internasional yang sudah ditandatangani dan diratifikasi hingga implementasi, 17 perjanjian yang sedang dirundingkan, dan 18 kerja sama yang sedang dijajaki.

Untuk strategi pengelolaan impor dilakukan pengendalian impor secara selektif dengan mengutamakan impor bahan baku tujuan ekspor dan investasi.

Untuk memperkuat pasar dalam negeri dilaksanakan 18 tindakan trade remedies yang dikenakan oleh Indonesia, terdiri dari 10 kasus tindakan anti dumping, dan delapan kasus tindakan safeguard. (ant/adm)