Berikut Prediksi Ekonomi di Amerika Serikat dan Kawasan Eropa

"Bahkan khusus untuk AS, risiko resesi dalam 12 hingga 18 bulan ke depan meningkat hampir 80 persen, atau juga kemungkinan dengan Eropa," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor pada Kamis (6/10/2022).
"Bahkan khusus untuk AS, risiko resesi dalam 12 hingga 18 bulan ke depan meningkat hampir 80 persen, atau juga kemungkinan dengan Eropa," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor pada Kamis (6/10/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memprediksi Amerika Serikat (AS) dan Kawasan Eropa mengalami resesi pada akhir 2023 atau 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.

Kemungkinan ini semakin meningkat memasuki akhir 2022 yang diawali Juni 2022 belum mencapai 50%. 

"Bahkan khusus untuk AS, risiko resesi dalam 12 hingga 18 bulan ke depan meningkat hampir 80 persen, atau juga kemungkinan dengan Eropa," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor pada Kamis (6/10/2022).

Amerika Serikat masih bertahan secara baik sampai sekarang, walaupun belum lama ini mengalami pelonggaran di pasar tenaga kerja.

Namun, Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed) berusaha menurunkan tingkat inflasi sehingga terdapat kekhawatiran global atas kebijakan tersebut.

Krisis energi Eropa mendorong kawasan Eropa lebih dekat ke resesi, sedangkan pengetatan moneter agresif The Fed meningkatkan risiko hard landing atau kesulitan mengakhiri periode kelebihan permintaan dan inflasi tanpa memicu resesi.

Pasar memperkirakan suku bunga acuan Fed akan meningkat ke kisaran level 4,5 persen. Dari angka ini sudah mencapai 2,25 persen sampai 2,5 persen.

Dengan demikian ini memicu kekhawatiran resesi di Amerika Serikat dan Kawasan Eropa, sehingga permintaan aset aman seperti dolar AS pun meningkat. 

Jadi, mata uang regional ASEAN+3 telah melemah, dengan pasar saham jatuh dan biaya pinjaman meningkat lebih tinggi.

"Saya pikir ada aksi jual besar-besaran dalam pergerakan pasar di kawasan ASEAN+3. Ini seperti aset risiko pasar ekuitas dan tekanan pada solvabilitas di pasar negara berkembang karena terdapat arus modal keluar dan suku bunga domestik juga telah naik," tuturnya. (ant/mau)