AMRO Revisi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 Untuk Bulan Ini

"Perlambatan ekonomi simultan di AS dan kawasan Eropa, dalam hubungannya dengan pengetatan kondisi keuangan global, akan memiliki efek limpahan negatif bagi kawasan melalui jalur perdagangan dan keuangan," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor pada Kamis (6/10/2022).
"Perlambatan ekonomi simultan di AS dan kawasan Eropa, dalam hubungannya dengan pengetatan kondisi keuangan global, akan memiliki efek limpahan negatif bagi kawasan melalui jalur perdagangan dan keuangan," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor pada Kamis (6/10/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) merevisi  proyeksi pertumbuhan jangka pendek untuk kawasan ASEAN+3 pada tahun 2022 dari 4,3% pada Juli 2022 menjadi 3,7% pada Oktober 2022. 

Kondisi ini dipicu kebijakan ketat nol-Covid-19 yang dinamis dan pelemahan sektor real estat di Tiongkok. Selain itu potensi resesi di Amerika Serikat dan kawasan Eropa membebani prospek kawasan.

"Perlambatan ekonomi simultan di AS dan kawasan Eropa, dalam hubungannya dengan pengetatan kondisi keuangan global, akan memiliki efek limpahan negatif bagi kawasan melalui jalur perdagangan dan keuangan," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor pada Kamis (6/10/2022). 

ASEAN+3 terdiri dari 10 negara ASEAN ditambah tiga negara Asia yaitu Tiongkok, Jepang, dan Korea.

Namun, kawasan ASEAN diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya dari 5,1% menjadi 5,3% pada 2022. Namun, proyeksi ini turun dari 5,2% menjadi 4,9% pada 2023.

Sementara itu penurunan proyeksi signifikan lebih cenderung di negara plus-3, yaitu dari 4,1% menjadi 3,3% pada 2022 serta dari berlanjut 4,9% menjadi 4,5%  pada 2023.

Dengan begitu pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 akan meningkat pada 2023 menjadi 4,6 persen didorong peningkatan ekonomi Tiongkok, dengan proyeksi inflasi ASEAN+3 yang moderat menjadi sekitar 3,4%.

Perang berkepanjangan di Ukraina memperdalam krisis energi Eropa yang mendorong resesi. 

Bahkan, pengetatan moneter yang agresif untuk melawan inflasi dilakukan Amerika Serikat akibat khawatir terjadi hard landing atau kesulitan mengakhiri periode kelebihan permintaan dan inflasi tanpa memicu resesi.

Di ASEAN+3, inflasi terjadi semakin cepat yakni harga makanan dan bahan bakar tetap tinggi meskipun apenurunan komoditas global utama. Pemotongan subsidi di beberapa ekonomi dan depresiasi mata uang juga telah mendorong harga lebih tinggi.

“Bank sentral di kawasan menaikkan suku bunga kebijakan untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung mata uang mereka. Namun, laju pengetatan moneter umumnya lebih terukur dan bertahap daripada di AS dan Kawasan Eropa," ucap Hoe Ee Khor. (ant/moc)