Selama 4 Pekan Terakhir Harga Batu Bara Masih Terus Melandai

Ilustrasi Tambang Batu Bara
Ilustrasi Tambang Batu Bara

Gemapos.ID (Jakarta) - Pada pekan lalu harga batu bara melemah 0,61%. Jika menghitung pergerakan secara mingguan maka harga batu bara sudah melemah dalam empat pekan terakhir. 

Adapun pada pekan pertama September, harga pasir hitam anjlok 2,34%, pekan kedua melandai 0,60%, pekan ketiga ambles 4,16%. Dengan kemerosotan tersebut, dalam setahun kenaikan harga batu bara terpangkas menjadi 87,88%.

Sedangkan pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (30/9/2022), harga batu bara kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 407,7 per ton. Harganya melandai 0,38%. 

Meski demikian, di pekan ini harga batu bara diperkirakan masih akan bergerak di kisaran bawah US$ 400 per ton.

Sementara itu, Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara akan bergerak di kisaran US$ 410 per ton. Sebagai catatan, harga batu bara tidak pernah meninggalkan level US$ 400 per ton sejak 12 Agustus 2022.

"Melihat sentimennya ternyata masih kuat dan batu bara tetap dikatakan sebagai energi termurah kami melihat masih akan di atas US$ 400 per ton, paling dalam di sekitar US$ 410," tutur Zuhdi.

Kemudian ia menjelaskan, permintaan dan pemesanan batu bara akan sedikit melandai sebagai dampak ancaman resesi global. Tetapi, dengan adanya persoalan gas di Uni Eropa serta pelonggaran mobilitas di China diharapkan bisa menopang pergerakan batu bara ke depan.

Seperti diketahui, Eropa masih diliputi permasalahan pasokan gas untuk musim dingin setelah Rusia memangkas pasokan gas ke mereka. Kebocoran di jaringan gas Nord Stream 1 dan 2 juga mempersulit Eropa dalam mengamankan pasokan gas untuk musim dingin.

Sedangkan, naik turunnya harga gas alam Eropa menjadi penentu pergerakan batu bara. Dalam sebulan terakhir batu bara adalah sumber energi alternatif untuk gas sehingga harganya ikut melambung saat harga gas naik.

"Banyak negara Eropa yang selama ini sangat kuat mempromosikan energi hijau tapi tiba-tiba beralih ke batu bara. Saat ini, pembakaran batu bara kembali naik ke level tertingginya sejak 2014," tutur CEO at QatarEnergy dan Menteri Eenrgi Qatar Saad Al-Kaabi, seperti dikutip dari Reuters.

Al-Kaabi menambahkan Eropa berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi hijau tetapi krisis gas memaksa mereka beralih kembali ke energi fosil dan menghidupkan kembali pembangkit batu bara mereka.

Adapun Jerman, Belanda, dan Belgia sudah mengumumkan jika mereka akan memperpanjang nafas pembangkit batu bara mereka demi mengamankan pasokan energi.

Terbaru, Denmark telah meminta perusahaan Orsted untuk menghidupkan kembali pembangkit batu bara mereka hingga Juni 2024. Keputusan negara-negara tersebut semakin melambungkan harga batu bara yang sudah melonjak sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022.(cnn/ra)