Masjid Lautze Tuntaskan Toleransi dan Pembauran
Yusman mengungkapkan saat itu para pengurus Yayasan Karim Oei bingung mencari donatur untuk pembelian bangunan tersebut. “Bantuan datang dari B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Dia beli rukonya dan dihibahkannya kepada Yayasan Karim Oei,” ujar Yusman. Dengan demikian, Masjid Lautze diresmikan oleh B.J Habibie yang menjabat sebagai Ketua Ikatan Cendekiawab Muslim Indonesia (ICMI) pada 1994. Peresmian Masjid Lauze juga sebagai salah satu upaya untuk menuntaskan masalah pembauran antar-etnis yang pada masa itu masih sangat beresiko. Jadi, ini dapat menciptakan kerukunan meski antar etnis, antar suku, dan antarkeyakinan. Sebelum pandemi Covid-19 Masjid Lautze mengundang pemeluk agama lain untuk mengisi kegiatan acara Halal Bi Halal saat Lebaran dengan seni musik hingga seni tari. Hal ini dapat dilihat juga dari semakin banyak wisatawan tertarik melihat dan beribadah di Masjid Lautze. Mereka juga mengikuti Ceramah Mingguan (Cermin) yang berisi ajaran kebaikan yang diajarkan oleh Islam. Wisatawan yang datang tidak hanya dari etnis Tionghoa, namun ini juga berasal dari Amerika, Australia, hingga Jepang. Mereka belajar mengenai Islam di Masjid Lautze dan beberapa memutuskan untuk mualaf. Masjid Lautze sudah melebihi ekspektasi para pendirinya yang hanya ingin mengenalkan Islam pada etnis Tionghoa pada 1990-an. Masid ini juga menjadi penghubung negara dan etnis selain Tionghoa dalam mengenal Islam. (Mochamad Ade Maulidin)