Kiat Sukses Tembus SCOPUS dengan Systematic Literature Review

Tangkap layar - Program Teras KAPE bertema "Kiat Sukses Tembus SCOPUS dengan Systematic Literature Review (SLR)”, Kamis (22/2). (gemapos/BRIN)
Tangkap layar - Program Teras KAPE bertema "Kiat Sukses Tembus SCOPUS dengan Systematic Literature Review (SLR)”, Kamis (22/2). (gemapos/BRIN)

Gemapos.ID (Jakarta) - Systematic Literature Review (SLR) digunakan sebagai sintesa dari riset untuk melihat bagaimana sebuah riset dilakukan secara transparan. Lebih mendalam lagi, SLR sebagai cara untuk melakukan sintesis temuan penelitian secara sistematis, transparan, dan dapat direproduksi. 

Hal itu diungkapkan Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prakoso B. Putera, dalam sesi ke-11 Program Teras KAPE bertema "Kiat Sukses Tembus SCOPUS dengan Systematic Literature Review (SLR)”, Kamis (22/2). 

“Harapannya, ini bisa direproduksi untuk pendekatan ataupun topik - topik lainnya. SLR telah disebut sebagai gold standar di antara ulasan, sebagaimana diungkapkan dalam buku Davis et al. Tahun 2014,” kata Prakoso seperti dikutp gemapos dalam siaran resmi BRIN, Jumat (23/2/2024). 

Lebih lanjut Prakoso menyampaikan, jika dilihat, gold standar dalam perkembangannya menjadi semacam protokol ataupun pengumpulan data (konstanta). SLR akan berguna dalam proses untuk melakukan identifikasi dan kritikal. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua bukti empiris yang sesuai dengan kriteria inklusi, yang telah ditentukan untuk menjawab penelitian tertentu seperti pertanyaan atau hipotesis.

Menurutnya, dengan menggunakan metode yang eksplisit dan sistematis ketika meninjau artikel dan semua bukti yang tersedia, bias dapat diminimalkan. 

Kemudian Prakoso menjelaskan perbedaan antara review article dengan research article. Review artikel diterjemahkan sebagai mengkritik sudut pandang penulis lain tentang topik tertentu, juga menilai konten yang cenderung lebih pendek tetapi tetap harus mematuhi batas kata. Sedangkan research article menyajikan sudut pandang pengarang, new content, dan tergantung pada batas kata yang disediakan oleh jurnal yang dikirimkan. 

“Pada research article, kita memperoleh data dari lapangan dan artikelnya pun harus benar – benar baru. Sedang review article yakni melakukan penilaian atau menilai konten yang sudah diterbitkan,” imbuhnya. 

Prakoso lalu menjabarkan bagaimana menulis artikel SLR. Ia menegaskan, secara singkat perlu dipahami dulu langkah yang dilakukan sebelum memulai menulis artikel SLR.

Langkah tersebut yaitu bagaimana topiknya, apakah topik tersebut berkaitan dengan apa yang akan dilakukan di lapangan. Cara ini dapat mendekati pencarian literatur dengan membuat daftar kata kunci yang berhubungan dengan konsep inti di bidang pilihan.

Sementara itu, pembicara lain, Peneliti PRKP BRIN, Sunarti berbagi tips dengan membahas empat hal. Pertama, faktor penentu kesuksesan studi LR/LSR tembus scopus yang kemungkinan sedikit berdasarkan studi literatur. Kedua, bagaimana praktik metode penelitian. Ketiga, teknik review agar lebih efektif. Lalu keempat tentang analisa dan sintesis.

Dengan adanya faktor penentu kesuksesan studi LR/SLR tembus scopus, maka perlu diketahui juga kemungkinan gagal atau penyebab utama rejection scopus. Pertama adalah faktor metodelogi penelitian yang mencapai sekitar 74,3%. Sunarti mengungkap jika metodenya salah sedikit saja maka sangat berpotensi untuk dihilangkan dan terlalu sedikit literaturnya. 

Kedua, kebermanfaatan dan novelty yakni sekitar 60,3%, di mana penyebabnya antara lain kontribusi yang tidak jelas, tidak original, dan kurang memiliki novelty yang berdampak. Ketiga, teknik penulisan sekitar 58,4%. 

“Yang diartikan, informasi yang ditulis berulang, tidak jelas fakta dan opini, bahasa inggris yang buruk, presentasi data buruk, dan logika tidak mengalir. Lalu keempat adalah review dan analisis data sekitar 42,1%. Hal tersebut dikarenakan literaturnya tidak mencukupi, tidak cukup membangun hipotesis, dan tidak terinterpretasi dengan benar,” jelasnya. 

Sunarti menambahkan ada poin-poin penting dalam Studi Literature Review. Pertama, penentuan scope review, yaitu scope tidak boleh terlalu  sempit  atau terlalu luas. Kedua Pemilihan keyword dan database. Di mana keyword menentukan sejauh mana akurasi artikel yang muncul dan pemilihan database menentukan kualitas artikel yang akan di review. Selanjutnya output yang dihasilkan menentukan significance/kebermanfaatan studi literatur review dan novelty riset.

Sunarti mengungkap, jika seluruh penelitian berbasis literature review maka ada beberapa tips yang bisa dilakukan. Pertama, metode penelitian harus jelas dan memiliki kebermanfaatan yang tinggi. Kemudian output yang dihasilkan berkualitas. Kedua, dibutuhkan teknik review yang benar, juga analisis serta sintesis yang akurat agar menghasilkan data yang berkualitas. Selanjutnya gunakan tool untuk meningkatkan akurasi dan kualitas hasil review. 

Sebelumnya pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Kebijakan Publik, Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat – BRIN, Yanuar Farida Wismayanti, menekankan, forum tersebut merupakan sesi berbagi ilmu terkait beberapa metode atau pendekatan untuk memperkuat dalam penulisan jurnal ilmiah maupun melakukan studi terkait kajian dan riset.  (rk/*)