Konflik Geopolitik Amerika Serikat – China di Kawasan Asia Tenggara

Bryan Pasek Mahararta (Co-Founder Youth Society). (Foto: Gemapos/dok.pribadi)
Bryan Pasek Mahararta (Co-Founder Youth Society). (Foto: Gemapos/dok.pribadi)

Amerika Serikat dan China merupakan 2 (dua) negara adidaya yang saat ini tengah bersaing sengit dalam hegemoni global. Persaingan ini tidak hanya terjadi di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik dan militer.

Asia Tenggara merupakan kawasan strategis yang secara geografis berada di antara dua negara tersebut. Tentu hal ini menjadi salah satu tempat utama persaingan kedua negara adidaya.

Banyak faktor yang menyebabkan ketegangan antarnegara adidaya ini, termasuk tahun 2024 yang berkaitan dengan tahun politik. Sebut saja Pemilu di Taiwan dan Amerika Serikat termasuk juga Indonesia yang berlangsung pada tahun 2024 ini.

Kepentingan China dalam Pemilu kali ini sangat jelas terkait perebutan pengaruh politik di kawasan Asia Pasifik. China sangat berharap supaya Taiwan tetap berada di bawah kendali mereka baik secara formal maupun informal.

Ekspansi perdagangan

Konflik geopolitik antara Amerika Serikat dan China di Asia Tenggara dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain: klaim wilayah Laut China Selatan, ekspansi perdagangan China, dan militer China yang semakin menguat.

China mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan sebagai kedaulatan wilayah mereka. Teritorial itu termasuk wilayah yang juga diklaim oleh beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Klaim ini telah menimbulkan ketegangan di kawasan tersebut dan menjadi salah satu faktor utama yang mendorong Amerika Serikat untuk meningkatkan kehadirannya di Asia Tenggara.

Selain penguasaan wilayah yang disebut mengandung potensi sumber daya alamnya, China telah menjadi investor dan mitra dagang utama bagi banyak negara di Asia Tenggara.

Ekspansi sektor ekonomi ini telah meningkatkan pengaruh China di kawasan tersebut. Hal tersebut menyebabkan kekhawatiran di Amerika Serikat bahwa China akan menggunakan pengaruh ekonominya untuk mengintimidasi negara-negara ASEAN.

Seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, China juga telah memproyeksikan investasi di bidang keamanan. Negeri tirai bambu itu meningkatkan kekuatan militernya secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Peningkatan ini telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat dan beberapa negara kawasan ASEAN. Beberapa latihan keamanan sering dilakukan oleh milter China yang disebut-sebut akan menggunakan kekuatan militernya untuk menguasai wilayah di kawasan tersebut.

Upaya mitigasi konflik

Konflik ini telah meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Ketegangan ini dapat menimbulkan risiko konflik militer, yang akan berdampak negatif bagi stabilitas dan keamanan kawasan.

Indonesia bersama dengan negara-negara kawasan Asia Tenggara mewaspadai kedaulatan negara mereka masing-masing. Negara-negara ASEAN berada di posisi sulit dalam menghadapi konflik ini.

Konflik dua negara adidaya global ini masih belum mencair. Indonesia termasuk negara-negara ASEAN lainnya tidak ingin terjebak dalam perang dingin antara Amerika Serikat dengan China. Namun, mereka juga tidak ingin kehilangan dukungan dari salah satu negara tersebut.

Konflik ini juga meningkatkan persaingan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Amerika Serikat dan China bersaing untuk mendapatkan pengaruh ekonomi di kawasan tersebut. Persaingan ini dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN.

Upaya memitigasi konflik geopolitik antara Amerika Serikat dan China di Asia Tenggara, negara-negara ASEAN telah melakukan beberapa kebijakan strategis, seperti menguatkan sentralitas ASEAN, kerja sama keamanan serta aktif melaksanakan diplomasi.

Dengan menerapkan prinsip sentralitas ASEAN menyatakan bahwa negara-negara ASEAN harus aktif menjadi aktor utama dalam menentukan arah dan kebijakan keamanan di kawasan.

Begitu juga dalam hal peningkatan kerja sama keamanan antarnegara ASEAN, baik di bidang militer maupun non-militer dapat diwujudkan untuk mengoptimalkan kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman keamanan, termasuk ancaman dari luar kawasan.

Terakhir, negara-negara ASEAN perlu juga aktif melakukan diplomasi untuk meredam ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Diplomasi ini dilakukan melalui berbagai forum, seperti KTT ASEAN dan ASEAN Plus Three.

Konflik geopolitik antara Amerika Serikat dan China di kawasan Asia Tenggara merupakan tantangan serius bagi stabilitas dan keamanan kawasan.

Indonesia perlu mendorong ASEAN terus berupaya untuk melakukan mitigasi konflik ini agar tidak menimbulkan risiko konflik militer.

Bryan Pasek Mahararta (Co-Founder Youth Society)