Gemapos.ID (Yogyakarta) Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Suwijiyo Pramono menyatakan obat herbal atau tardisional tidak berfungsi sebagai antivirus.
Namu, obat ini hanya mampu meningkatkan daya tahan tubuh jika dikonsumsi secara kontinyu.
"Obat herbal digunakan sebagai terapi pendukung obat standar untuk membantu penyembuhan pasien," katanya di Yogyakarta pada Jumat (11/7/2020).
Banyak obat herbal yang secara empiris telah digunakan masyarakat dan telah melalui berbagai uji untuk menstimulasi imun.
Hal itu seperti herbal dengan kandungan kimia seperti temulawak, kunyit, jahe, meniran, sambiloto, buah jambu biji, buah mengkudu, gel daun lidah buaya, sediaan ramuan, serta bahan topikal dan inhalasi seperti pada eukalyptus.
Sejumlah tantangan dihadapi dalam pengujian herbal sebagai obat, termasuk untuk penanganan Covid-19. Selain itu harus terdapat data empirik tentang penggunaan bahan herbal tersebut, perlu melewati sejumlah proses pengujian panjang mulai dari uji antiviral via docking, in vitro, farmakokinetik in vivo hingga uji klinik on top.
Menyinggung kalung eukalyptus, ujar Suwijiyo, penggunaan eucalyptus dalam bentuk kalung untuk alat kesehatan bisa berpotensi membantu proses penyembuhan pasien Covid-19. Walaupun demikian, penggunaan bentuk kalung harus diuji secara klinis.
Ahli Penyakit Dalam Konsultan Paru Ika Trisnawati menambahkan obat herbal bisa menjadi suplemen pendukung dalam pengobatan penyakit termasuk Covid-19.
"Penambahan komponen herbal menjadi salah satu modalitas treatment termasuk untuk Covid-19.
"Penggunaan obat herbal dalam mendukung pengobatan penyakit karena virus telah dilakukan. Salah satunya pemakaian VCO (Virgin Coconut Oil) dalam mendukung pengobatan standar pada pasien HIV," ujarnya.
VCO mengandung asam laurat yang bisa memperkuat sistim kekebalan tubuh telah diujikan dengan hasil yang menunjukkan manfaat dalam membantu pengobatan standar pada pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV). (adm)
