DKPP Bantul Terus motivasi Petani Untuk Budidayakan Kedelai Saat Musim Kemarau

Ilustrasi: Kacang kedelai (foto: gemapos/ antara)
Ilustrasi: Kacang kedelai (foto: gemapos/ antara)

Gemapos.ID (Jakarta)- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus memberikan motivasi kepada petani untuk tertarik membudidayakan kedelai ketika musim kemarau atau saat ketersediaan air irigasi di lahan pertanian terbatas.

"Kita sudah memberikan motivasi kepada petani untuk beralih ke tanaman kedelai, dan tahun ini kita di Bantul hanya bisa menanam seluas 400an hektare tanaman kedelai," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul Joko Waluyo di Bantul, Selasa.

Menurut dia, motivasi kepada petani untuk menanam jenis tanaman polong-polongan tersebut karena diakui pada tahun 2022, tanaman kedelai di Bantul kurang maksimal, padahal beberapa tanaman komoditas yang lain mengalami tren peningkatan.

"Terus terang pada 2022 musim hujan berlangsung sampai September baru berhenti, sehingga tahun 2022 kita kekurangan kedelai, makanya tahun ini kita beri motivasi, agar petani tertarik menanam kedelai," katanya.

Dia mengatakan, minat petani menanam kedelai di Bantul diakui masih belum begitu tinggi, karena selama ini bahkan sejak dulu masih menganggap bahwa produktivitas panen kedelai masih rendah, hanya sekitar 1,4 sampai 1,6 ton per hektare.

Padahal, kata dia, apabila petani bisa membudidayakan tanaman kedelai dengan baik dan maksimal, maka hasilnya bisa mencapai dua ton per hektare, bahkan saat ini ada yang sudah bisa mencapai 2,4 ton per hektare.

"Maka kita terus sosialisasi kepada para petani bahwa sekarang tidak sama dengan kedelai dulu, produktivitas sudah di angka dua ton, dan harga kedelai harapan kami ke depan bisa naik terus, biar petani tertarik menanam kedelai," katanya.

Joko Waluyo mengatakan, memang masih banyak petani belum tertarik menanam kedelai karena masih trauma produktivitas yang belum tinggi, dan untuk merubah mindset petani tidak semudah membalikkan telapak tangan, sehingga perlu terus diupayakan agar makin tertarik.

"Karena memang harga kedelai untuk BEP (break even point) belum masuk baru Rp10 ribu per kilogram, jadi petani belum tertarik. Sejauh ini dari pemerintah sudah memberikan stimulan untuk membantu benih, akan tetapi terbatas, dari pusat atau APBN," katanya.(ar)