Lima Mahasiswa Unair Temukan Obat PMK dari Kangkung Air

Lima mahasiswa FKH Unair yang menemukan inovasi obat Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang terbuat dari tanaman kangkung air. (ANTARA/HO-Humas Unair). (gemapos/ant)
Lima mahasiswa FKH Unair yang menemukan inovasi obat Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang terbuat dari tanaman kangkung air. (ANTARA/HO-Humas Unair). (gemapos/ant)


Gemapos.ID (Jakarta) - Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menemukan inovasi obat penyakit kuku dan mulut (PMK) yang terbuat dari tanaman kangkung air.

Ketua tim, Annisa Prajna Pramita di kampus setempat, Senin (2/10), mengatakan dia menemukan inovasi tersebut bersama Ferdika Yudha Wardana, Arifah Adhwa Firanda, dan Helaria Krisna Dewi.

Inovasi tersebut berhasil memperoleh pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikburistek) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta (RE) tahun 2023.

"Sebagai mahasiswa FKH yang kritis terhadap isu penyakit infeksi yang sedang viral. Membuat keingintahuan kami mengenai bahan alam apa yang bisa dimanfaatkan sebagai terapi PMK yang efektif, efisien, dan pastinya terjangkau bagi peternak," ujar Annisa.

Annisa menjelaskan, kangkung air memiliki manfaat karena nano herba dari tanaman kangkung air memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan hewan.

Kangkung air dapat mengurangi efek toksik obat dari hati serta meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas obat.

Selain itu, pemanfaatan bahan alam seperti kangkung air juga dapat mengurangi penggunaan obat kimia. Oleh sebab itu, tanaman kangkung air berpotensi sebagai antivirus penyakit PMK.

"Pemanfaatan kangkung air saat ini masih kurang dan sering kali dianggap sebagai gulma perairan. Padahal, tanaman kangkung air memiliki senyawa yang diklaim berpotensi sebagai antivirus. Oleh karena itu, kami berusaha untuk meneliti lebih jauh tentang hal itu," ujarnya.

Menurut dia, selama proses penelitian, ia dan tim sempat mengalami beberapa hambatan. Mulai dari penentuan topik hingga pelaksanaan penelitian.

Bahkan, timnya pernah melakukan dua kali kesalahan dalam melakukan ekstraksi. Ia mengaku, proses tersebut membutuhkan kecermatan yang cukup tinggi.

"Kami juga agak terhambat untuk bertemu peneliti-peneliti di lab (laboratorium) karena mereka sibuk. Jadi, kami harus mengatur jadwal beberapa kali untuk bertemu. Tapi, semua tantangan itu dapat kami lewati berkat dukungan dan motivasi dari dosen pembimbing kami yaitu Dr. Eduardus Bimo yang sangat membantu dalam pengerjaan penelitian ini," ujarnya.

Annisa berharap penelitian timnya dapat menjadi penelitian antivirus yang memberikan dampak positif terhadap ilmu kedokteran hewan.

Ia juga berharap ke depannya akan ada lebih banyak penelitian yang dapat mengeksplor potensi bahan alam lainnya sebagai antivirus.

"Semoga perjuangan kami di Program Kreativitas Mahasiswa ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi adik-adik tingkat yang ingin berkiprah di PKM pada taun-taun yang akan datang. Dan yang paling penting dan utama adalah mengharumkan nama Unair dengan meraih medali emas PIMNAS 2023," tuturnya. (ns)