Pandangan OJK Terhadap Start Up di Indonesia Saat Masuk Resesi Global

“Selama ini berbagai start up mendapatkan funding yang murah dari investor, tetapi karena funding murah ini sudah tidak ada lagi, sekarang fundingnya cukup mahal, maka investor juga pilih-pilih,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara di Jakarta pada Kamis (16/12/2022).
“Selama ini berbagai start up mendapatkan funding yang murah dari investor, tetapi karena funding murah ini sudah tidak ada lagi, sekarang fundingnya cukup mahal, maka investor juga pilih-pilih,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara di Jakarta pada Kamis (16/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kebijakan moneter di tingkat global yang ketat bisa berdampak bagi ekonomi digital di dunia termasuk Indonesia.

Hal yang dimaksud adalahp start up (perusahaan rintisan) teknologi akan semakin mahal guna memperoleh funding (pendanaan). 

“Selama ini berbagai start up mendapatkan funding yang murah dari investor, tetapi karena funding murah ini sudah tidak ada lagi, sekarang fundingnya cukup mahal, maka investor juga pilih-pilih,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara di Jakarta pada Kamis (16/12/2022). 

Dengan demikian, berbagai start up teknologi di Tanah Air dinilai wajar melakukan efisiensi operasional dengan mengurangi sumber daya manusia (SDM). 

“Ada perusahaan yang tutup, dan juga melakukan pengurangan pegawai karena funding yang diterima juga menurun,” ujarnya. 

Selain itu start up teknologi juga m menutup layanan tertentu dan menutup total perusahaan.

Potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar US$130 miliar pada 2025 yang akan naik dua kali lipat menjadi US$360 miliar. 

Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian melaporkan sekitar 2.400 start up di Indonesia, yang menjadikan Indonesia berada di peringkat ke enam besar dunia. (ant/din)