Begini Tinjauan Bank Danamon Tentang Ekonomi Indonesia Tahun Depan

“Sektor riil Indonesia akan didukung oleh simpanan dari keuntungan komoditas yang lalu, meskipun akan menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi,” kata  Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana di Jakarta pada Selasa (13/12/2022).
“Sektor riil Indonesia akan didukung oleh simpanan dari keuntungan komoditas yang lalu, meskipun akan menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi,” kata Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana di Jakarta pada Selasa (13/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Bank Danamon menyatakan sektor riil di Indonesia akan mengandalkan dukungan dari simpanan keuntungan komoditas saat menghadapi tantangan pada tahun depan. 

“Sektor riil Indonesia akan didukung oleh simpanan dari keuntungan komoditas yang lalu, meskipun akan menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi,” kata  Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana di Jakarta pada Selasa (13/12/2022). 

Perbaikan dari sisi permintaan domestik akan melebarkan neraca transaksi berjalan menjadi minus 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan volatilitas pqeq nilai tukar, sehingga dapat menekan tingkat rupiah pada semester I-2023.

Dari pasar obligasi akan ada risiko ketidakseimbangan penawaran dengan permintaan yang moderat pada 2023. Untuk aliran dana asing ke pasar obligasi masih akan terbatas apabila membandingkan kondisi real yield obligasi Indonesia dengan negara lain.

Yield obligasi pemerintah 10 tahun masih bisa tertekan pada awal tahun, sebelum akhirnya menuju ke level 7,02% pada akhir 2023.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sampai 5,3% year on year (yoy) pada tahun depan.

Sementara itu, Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menambahkan kinerja ekonomi Indonesia pada 2023 masih akan mendorong tingkat laba perusahaan.

Jadi, earning per share (EPS) Growth dari emiten di bursa saham masih akan tumbuh 5% sampai dengan 7%.

“Volatilitas dan fluktuasi mungkin terjadi bisa dimanfaatkan sebagai peluang investasi selama dilakukan secara bijaksana yakni sesuai dengan profil risiko serta dilakukan untuk jangka menengah-panjang,” uarnya. 

Namun demikian, BPAM  mengingatkan perlunya mewaspadai dampak dari sentimen negatif yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar modal dalam negeri.

IMF memperkirakan perlambatan ekonomi global pada 2023 akibat agresivitas The Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 375 basis poin sepanjang 2022. (ant/moc)