Strategi Industri Mebel dan Kerajinan Pulih dari Pandemi Covid-19

Kedua, penetrasi pasar ke negara- negara emerging market dan penambahan saluran pemasaran," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur di Jakarta pads Sabtu (11/12/2022).
Kedua, penetrasi pasar ke negara- negara emerging market dan penambahan saluran pemasaran," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur di Jakarta pads Sabtu (11/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menjalankan empat strategi dalam guna memulihkan industri mebel dan kerajinan dari dampak pandemi Covid-19.

Pertama, maksimalisasi pameran International Furniture Exhibition (IFEX) pada Maret 2023. 

"Kedua, penetrasi psar ke negara- negara emerging market dan penambahan saluran pemasaran," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur di Jakarta pads Sabtu (11/12/2022).

Hal tersebut disampaikan Sobur saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) HIMKI di Bandung, Jawa Barat.

Strategi ketiga menggarap pasar domestik secara intensif. Keempat  melakukan pendekatan ke kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah dalam rangka pemulihan dan mengurangi hambatan-hambatan.

Berbaga langkah tadi dinilai sangat penting mengingat masih belum pulihnya dampak pandemi Covid-19 

Selain itu invasi Rusia ke Ukraina, yang membuat hampir semua sektor industri mengalami pelemahan pertumbuhan.

Pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6,0% pada 2021 menjadi 3,2% pada 2022 dan sebesar 2,7% pada 2023.

Inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7% pada 2021 menjadi 8,8% pada 2022 tetapi menurun menjadi 6,5% pada 2023 dan menjadi 4,1% pada 2024.

Saat ini risiko ekonomi bergeser ke gejolak ekonomi global akibat peningkatan inflasi global lantaran gangguan suplai karena pandemi dan perang Rusia-Ukraina

Peristiwa tersebut berpengaruh negatif terhadap pemintaan produk mebel dan kerajinan terutama di pasar tradisional, misalnya Amerika Serikat, Eropa, dan di sebagian negara maju lainnya.

"Melemahnya kondisi ekonomi, inflasi tinggi dan angka pengangguran yang meningkat di waktu yang bersamaan dalam periode tertentu yang menandakan stagflasi ekonomi sedang terjadi," ucap Abdul Sobur.

Pada saat yang bersamaan, orientasi belanja kebutuhan masyarakat dunia juga berubah lebih ke arah kebutuhan esensial atau kebutuhan pokok.

Hal ini dengan mengurangi belanja terhadap produk sekunder dan tersier seperti kebutuhan peralatan rumah tangga termasuk mebel dan kerajinan.

"Situasi ini menyebabkan market shock di industri mebel dan kerajinan yang ujung-ujungnya terjadi penundaan bahkan pembatalan order oleh buyer terutama dari Amerika dan Eropa," tuturnya. (adm)

 

Industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang paling terdampak akibat dua hal di atas.

 

Ekspor mebel dan kerajinan nasional pada 2022 diperkirakan mengalami penurunan sebesar minus 3,7 persen dari 2021, menjadi sekitar 3,38 miliar dolar AS.

 

Dengan demikian HIMKI bersama Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk membuka pasar-pasar baru di antaranya di India dan Timur Tengah yang memiliki potensi sangat besar untuk produk mebel dan kerajinan nasional.