Apa Saja Kebijakan Kemenperin Antisipasi Pelambatan Industri Tekstil?

"Pertama, kami upayakan pencarian pasar baru untuk ekspor bagi sektor industri. Kami mencoba buka akses untuk pasar ke Amerika Latin dan Selatan, Afrika, negara-negara Timur Tengah, dan Asia,” kata Menteri Perindustrian (Memperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, pada Selasa (8/11/2022).
"Pertama, kami upayakan pencarian pasar baru untuk ekspor bagi sektor industri. Kami mencoba buka akses untuk pasar ke Amerika Latin dan Selatan, Afrika, negara-negara Timur Tengah, dan Asia,” kata Menteri Perindustrian (Memperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, pada Selasa (8/11/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan sejumlah langkah mitigasi untuk industri tekstil dan produk tekstil dan alas kaki yang dilaporkan sejumlah asosiasi mengalami perlambatan.

"Pertama, kami upayakan pencarian pasar baru untuk ekspor bagi sektor industri. Kami mencoba buka akses untuk pasar ke Amerika Latin dan Selatan, Afrika, negara-negara Timur Tengah, dan Asia,” kata Menteri Perindustrian (Memperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, pada Selasa (8/11/2022).

Berikutnya, langkah penguasaan pasar dalam negeri dengan memperkuat dan mendorong promosi dan kerja sama lintas sektoral agar program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) semakin tumbuh.

"Melalui program ini juga akan menumbuhkan sektor industri itu sendiri,” ujarnya.

Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan upaya lain yang perlu dipacu adalah penguatan daya saing industri dengan kemudahan akses bahan baku, penguatan ekosistem usaha, dan penguatan sistem produksi.

“Kita bisa lihat dengan berbagai instrumen seperti BMDTP, juga larangan terbatas (lartas), dan banyak lagi instrumen lain yang bisa kita pergunakan,” ucapnya. 

Industri TPT tumbuh mencapai 8,09% pada kuartal III 2022 dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Namun, ini mengalami perlambatan secara kuartal ke kuartal (qoq), terkontraksi hingga -0,92 dibandingkan triwulan II-2022.

Walaupun demikian, ekspor masih mencapai kenaikan secara kumulatif sampai September 2022 sebesar 15,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Sementara itu, industri alas kaki, kulit, dan barang dari kulit tumbuh sebesar 13,44% pada periode ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ekspor alas kaki secara kumulatif sampai dengan September 2022 juga masih memperoleh kenaikan sebesar 35,0 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.

Kinerja pertumbuhan subsektor ini masih tinggi akibat pengalihan order dari China dan Vietnam ke Indonesia. Jadi, produk domestic bruto (PDB) nasional masih positif. Namun, Kemenperin terus mewaspadai dampak krisis global.

Dengan demikian, Kemenperin membentuk Satuan Tugas Pengamanan Krisis Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki. Satgas ini bertugas menginventarisasi industri TPT dan alas kaki yang terdampak oleh krisis perekonomian global dan persoalan lain.

Selanjutnya, satgas menyusun rencana aksi dan strategi mitigasi berdasarkan inventarisasi permasalahan.

“Satgas juga berkoordinasi dengan K/L terkait dalam pelaksanaan strategi mitigasi yang diambil tersebut,” ujarnya. 

Industri TPT dan alas kaki dinilai melambat akibat penurunam utilisasi di sektor industri serat menjadi 20%, spinning menjadi 30%, weaving dan knitting sebesar 30%.

Kemudian, garmen sebesar 50%, pakaian bayi sebesar 20%-30% dan alas kaki sebesar 49%, bahkan beberapa perusahaan sudah memangkas jam kerjanya jadi tiga sampai empat hari, dari sebelumnya tujuh hari kerja.

Dengan demikian tenaga kerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dari industri tekstil dan garmen dilaporkan mencapai 92.149 ribu orang dan industri alas kaki sebanyak 22.500 orang.

Namun, dari hasil laporan itu, sedang dilakukan cross check di lapangan oleh satgas internal Kemenperin maupun lintas kementerian dan lembaga terkait. (ant/moc)