Solusi Bagi Hotel dan Restoran Saat Pandemi

dr yuno pariwisata
dr yuno pariwisata
Gemapos.ID (Jakarta) - Pandemi Covid-19 berdampak pada turunnya keuntungan pada semua sektor industri di Indonesia, tidak terkecuali industri perhotelan dan restoran. Hal ini karena adanya peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pada industri hotel efek pandemi mulai terasa di bulan April. Terjadi penurunan pendapatan sebesar 12,67%. Namun, pada bulan Mei hingga Agustus 2020 kembali meningkat sebesar 32,93%. Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Dr. Yuno Abeta Lahay, terjadi peningkatan okupansi hotel-hotel di Bogor pada September 2020 meskipun margin bisnis perhotelan berkurang sampai ini. Contohnya, ruangan yang tadinya dapat ditempati oleh dua orang kini hanya dapat ditempati oleh satu orang. Biaya operasional pada bidang food and beverage (fnb)/makan dan minum juga menjadi lebih tinggi karena adanya protokol kesehatan yang harus diterapkan harus dilakukan. Akomodasi makan dan minum terkena dampak covid paling besar dengan penurunan sebesar 92,47% sampai mereka harus melakukan pengurangan pegawai sampai dengan 50,5%. Namun di industri perhotelan dan restoran pegawai lebih banyak hanya dirumahkan. Tindakan pemutusan hubungan kerja (phk) hanya sebesar 17%. Selain itu, Ia memaparkan penyebab turunnya permintaan pasar (demand) terhadap jasa dan produk di industri perhotelan dan restoran. Selain karena adanya regulasi dari pemerintang tentang PSBB dan PPKM, juga karena adanya kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19. Karena, sampai saat ini belum ada penangangan dan pengobatan bagi penderita Covid1-9 yang optimal. Disamping itu, masyarakat juga masih khawatir untuk bepergian dengan transpotasi umum, khususnya pesawat karena biaya tes PCR yang dianggap mahal dan informasi sirkulasi udara di pesawat belum tersosialisasi dengan baik. Terdapat penurunan juga dalam daya beli masyarakat karena banyaknya pekerja sektor formal terkena phk, dirumahkan, dan dicutikan diluar tanggungan perusahaan. Terakhir, adanya perubahan perilaku masyarakat yang sekarang menyesuaikan dengan keadaan mereka saat pandemi. Tantangan yang harus dilakukan hotel dalam masa pandei ini adalah pengefesiensian biaya operasional dan bergantungnya pendapatan hotel pada pendapatan harian serta pada meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE). Sementara restoran memiliki tantangan berupa perubahan penjualan offline menjadi online, penghasilan pun bergantung pada perubahan kebiasaan konsumen, pengubahan konsep dari makan di tempat/dine in atau jadi pesan antar dan bawa pulang, serta mengurangi biaya utilitas. Jam operasional restoran pun saat ini masih dibatasi oleh pemerintah. "Fnb bisnis agak bertahan karena memang kalo kita bicara setiap orang masih tetap membutuhkan makan. Nah untuk 2021 dengan adanya distribusi vaksin, diyakini akan lebih membaik, membuat industri fnb bertahan. Jalankan bisnis kita dengan bentuk apapun baik online ataupun offline," harap Dr. Yuno. Dr. Yuno juga memberikan beberapa strategi untuk industri hotel dan restoran agar dapat terus bertahan di masa pandemi ini, yaitu dengan melakukan negoisasi pada pihak perbankan dalam bentuk restrukturisasi, mengurangi biaya operasional, memanfaatkan sosial media dan melakukan digital marketing untuk melakukan promosi. Namun sekarang juga terjadi perubahan isi promosi yakni promosi pada masa pandemi lebih dipusatkan pada protokol kesehatan yang diterapkan di restoran tersebut. Dengan melakukan transformasi digital juga mampu menekan biaya operasional agar bisa memungkinkan karyawan bekerja secara remote namun tetap produktif dan tetap terkontrol. Dampak dari efisiensi yang dilakukan adalah berkurangnya jumlah tenaga kerja dan tenaga kerja yang ada harus dapat multitasking (mengerjakan banyak hal). Hal ini membuat pekerja harian akan lebih banyak dibutuhkan karena dapat terjadi lonjakan occupancy kapan saja maka dari itu untuk menjaga kualitas pelayanan dibutuhkan tenaga lepas harian lebih banyak. Sementara itu untuk meningkatkan permintaan pasar, industri perhotelan dan restoran menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang baku, yang dirangkum oleh PHRI dari semua prokes yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian, maupun yang lainnya yang mengeluarkan aturan prokes. Lalu lakukanlah publikasi penerapan prokes di hotel maupun restoran untuk promosi bahwa hotel dan restoran tersebut aman untuk dikunjungi, red. Permintaan juga dapat meningkat jika masyarakat sudah yakin bahwa penanganan Covid-19 berjalan dengan baik dan yakin keselamatan dirinya terjamin dan jika pemerintah menghentikan pembatasan sosial dan mencabut regulasi yang menghambat pergerakan masyarakat. Namun hal ini harus sesuai kondisi daerah masing-masing. Dr. Yuno melanjutkan perlunya antisipasi pemberitaan yang salah/hoax yang terkait virus Covid-19, baik terhadap bisnis pariwisata maupun destinasi untuk meningkatkan permintaan masyarakat terhadap industri hotel dan restoran. Ia menceteritakan pernah adanya hoax peta Bogor dimana semuanya berwarna merah yang mengakibatkan pengusaha mengalami kerugian mencapai 20 miliar karena banyaknya pembatalan reservasi. Terakhir dengan Pemerintah melakukan belanja operasional seperti perjalanan dinas, akomodasri, penyewaan ruang pertemuan, dan lain-lain, juga dapat membantu industri perhotelan dan restoran. Pemerintahan sendiri telah menerapkan kebijakan terhadap industri perhotelan dan restoran agar meringankan beban industri ini, yakin dengan cara relaksasi tagihan PLN selama 6 bulan, restrukturisasi kredit baru dan modal kerja, blt diberikan kepada tenaga kerja selama 6 bulan atau dengan program kartu prakerja, penundaan pajak, dan hibah pariwisata, dan memberikan sertifikat CHSE gratis. (m3)