Hadapi Covid-19 Dengan 'Bergandengan Tangan'

jokowi 2
jokowi 2
Masih ingat Indonesia sempat diragukan dunia internasional tidak terjangkit Covid-19? Karena, tidak mungkin negara ini dinilai tidak mengalaminya dilihat dari jumlah penduduk yang besar. Apalagi, Indonesia dianggap sebagai negara yang paling terbelakang mengimplementasikan suatu teknologi untuk orang banyak berbeda dengan reknologi untuk perseorangan. Jadi, teknologi yang diterapkan pemerintah di Tanah Air tidak mampu mendeteksi wabah tersebut. Pernyataan tersebut tentu berakibat orang nomor satu yang bertanggungjawab atas kesehatan di sini berang. Bahkan, dia menantang dunia internasional untuk datang ke Indonesia memeriksa, sebab alat yang dipakai di Tanah Air didanggap mumpuni bahkan sama yang dipakai di negara maju sekelas Amerika Serikat (AS). Namun, Tuhan Yang Maha Esa berkehendak lain, sekonyong-koyong seorang perempuan terkena Covid-19 bukan karena dia baru pulang dari luar negeri terutama negara asal virus ini yakni China. Namun, ini dialaminya akibat secara tidak sengaja tubuhnya menyerap muntahan batuk dari rekannya yang pulang dari negara asing. Ini tidak heran, karena pemerintah telah menjaga ketat semua pintu masuk dengan mengharuskan semua orang yang datang ke sini mesti menjalani pemeriksaan sebelum ke Indonesia. Bahkan, Indonesia menerapkan kewajiban karantina bagi seseorang yang masuk Indonesia terutama dari negara yang terdampak Covid-19. Pengakuan Indonesia terkena virus ini sudah tepat dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pengambil keputusan tertinggi semua bidang di sini. Kebijakan ini sekaligus menjawab kritikan sesuatu yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus diumumkan. Jadi, ini tidak menimbulkan kesimpangsiuran informasi antar satu pejabat dengan pejabat lain yang merasa paling berhak. Apalagi, itu dilakukan tanpa saling berkoordinasi satu sama lain, sehingga informasi yang disampaikan berbeda berdasarkan metode yang berbeda tidak memiliki satu-kesatuan. Sayangnya, kebijakan ini tanpa disertai dengan edukasi yang kuat dan masif ke masyarakat apa yang mesti dilakukan menghadapi Covid-19. Tentu saja ini dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab guna mengacaukan situasi negara supaya tidak kondusif dengan menyebarkan hoaks. Bahkan, kepanikan masyarakat dengan tidak mengetahui apa itu Covid-19 yang memburu masker guna mencegah ini dimanfaatkan pihak lain menaikkan harga dengan alasan keterbatasan  barang tersebut. Padahal, masker ditimbun oleh orang-orang tidak bertanggungjawab termasuk ada oknum dari rumah sakit (RS). Bahkan, kekosongan produk ini digunakan pihak lain membuatnya tanpa memperhatikan standar bahkan kesehatan. Pihak kepolisian harus tegas menindak para penyebar hoaks, penimbun masker, dan pembuat masker. Sebab, tanpa ini efek jera tidak akan dirasakan mereka, bahkan kembali melakukannya. Masyarakat juga dinilai salah lantaran tidak bisa mengendalikan diri atas penyakit ini. Mengapa tidak mencari literatur yang terpercaya melalui dokter, rumah sakit, jurnal kesehatan, dan media massa terpercaya. Apalagi, mengapa hanya Covid-19 yang ditakutkan bagaimana dengan penyakit lain seperti serangan jantung secara tiba-tiba yang menimpa Suami Bunga Citra Lestari (BCL) yaitu Ashraf Sinclair. Padahal, Ashraf masih berusia 40 tahun dan tidak mengeluhkan dan terlihat sakit sebelum ajal menjemputnya. Bahkan, dia dikenal sebagai seorang yang menjalani hidup secara sehat mulai makan dan berolahraga. Dari kejadian sekali lagi peran government public relation (GPR) perlu ditingkatkan pemerintah. Untuk masyarakat bisa mencari sesuatu hal dari sumber terpercaya dengan fakta dan data. Ini ditambahkan dengan gaya hidup sehat yang cukup mulai makanan, istirahat, dan olahraga. Akhir kata semoga wabah ini cepat berakhir dan memberikan hikmah bagi semua. (mam)