Infrastruktur Jalan dan Transportasi Umum untuk Mendukung Pariwisata
Peningkatan status jalan daerah menjadi jalan nasional untuk mendukung KSPN Komodo. Jalan dalam Kota Labuhan Bajo, yaitu Jalan Waetama, Jalan Van Bekkum dan Jalan Yohanis Sahadun KSPN Tanjung Kelayang di Belitung, bentuk dukungan mempertahankan kondisi kemantapan jalan nasional yang ada. Akses bandara, yakni Perawas-Simpang 3 Bandara. Akses KSPN Tanjung Kelayang: Junction (Simpang Lima Tanjung Pandan) Tanung Kelayang–Tanjung Tinggi (Kecamatan Sijuk) dan termasuk jalan dalam kota Untuk KSPN Bromo-Tengger-Semeru, dukungan jalan nasional melalui jalan Lintas Utara, Lintas Selatan dan Penghubung Lintas. Peningkatan status jalan daerah menjadi jalan nasional untuk mendukung KSPN Bromo-Tengger-Semeru, yaitu ruas jalan Lawean–Sukapura. Dukungan Jalan Tol berupa Pembangunan Jalan Tol Gempol–Pasuruan 34,15 kilometer, Pandaan–Malang 38,48 kilometer, Pasuruan–Probolinggo 38,3 kilometer, dan Probolinggo–Banyuwangi 163,8 kilometer. Sementara yang berkaitan dengan KSPN Morotai, berupa dukungan Jalan keliling Pulau Morotai, yakni Batas Kota Daruba–Sangowo/Daeo–Berebere. Peningkatan status jalan daerah menjadi jalan nasional. Jalan keliling Pulau Morotai, yaitu Berebere–Sofi dan Wayabula–Daruba. Rencana peningkatan status jalan daerah menjadi Jalan Nasional (jika sudah fungsional), yaitu jalan keliling Pulau Morotai Wayabula-Sofi Untuk menyediakan infrastruktur yang baik, dibutuhkan peran serta pihak- pihak lain diantaranya Pemerintah Daerah maupun Kementerian terkait untuk bersama-sama menyediakan infrastruktur jalan yang baik agar memudahkan para wisatawan dalam mengakses kawasan Pariwisata. Dengan meningkatnya kualitas infrastruktur diharapkan jumlah mancanegara maupun domestik dapat meningkat di tiap tahunnya. Berikutnya, Kementerian Perhubungan membangun rute-rute jaringan fasilitas transportasi umum, baik kereta maupun bus umum menuju lokasi wisata itu. Rute tersebut awalnya dapat dikenakan tarif subsidi untuk menarik penumpang. Namun setelah mencapai demand yang mencukupi, tarif subsidi dihilangkan menjadi tarif komersial. Kelemahan menuju akses wisata di Indonesia adalah kurang sekali tersedianya fasilitas transportasi umum. Pilihan pelancong harus membawa kendaraan pribadi yang akhirnya berujung kemacetan dan pengusaha destinasi wisata harus menyediakan lahan parkir yang luas. Lain halnya berwisata di manca negara, menuju destinasi wisata ada pilihan kereta, bus, atau taksi. Sudah saatnya perbaikan infrastruktur jalan dapat dibarengi penataan fasilitas transportasi umum ke lokasi destinasi wisata. Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyaratakatan MTI Pusat