Iran vs Israel, Menanti Peran PBB Cegah PD III

Ilustrasi - Serangan Iran ke Israel. (gemapos/detik.com)
Ilustrasi - Serangan Iran ke Israel. (gemapos/detik.com)

Serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4) kemarin seakan memperluas konflik yang terajdi di Timur Tengah. Lebih dari 300 gabungan pesawat nirawak kamikaze, rudal jelajah, dan rudal balistik untuk menghancurkan instalasi-instalasi militer Israel. Pihak Iran (Teheran) mengklaim tindakan tersebut sebagai serangan balasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Iran dengan tegas mengatakan hal tersebut sesuai dengan pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan meinta Amerika Serikat (AS) untuk tak ikut campur.

Oleh karena itu, Perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengharapkan serangan tersebut tidak membawa eskalasi lebih lanjut. Sebab, ”masalah ini dapat dianggap sudah selesai”. Namun, apabila Israel membalasnya, Iran telah siap memberikan tanggapan lebih serius.

Kendati demikian, AS telah mengatakan berada dibelakang Israel dan Biden mengecam keras serangan Iran. Meskipun hal tersebut sudah disebut hanya 'serangan balasan' yang sesuai dengan Piagam PBB. Seperti Biasa, sikap AS selalu subyektif yang disebut Hikmahanto Juwana sebagai sikap standar ganda.

Di sisi lain, Israel mengatakan, sistem pertahanan mereka berhasil merontokkan 99 persen rudal dan pesawat nirawak yang ditembakkan Iran. Tidak ada kerusakan signifikan.

Dalam pertarungan udara itu, tiap-tiap pihak mengklaim unggul dan berhasil memenangi pertempuran. Namun, di sisi lain, pertempuran tersebut justru menandai eskalasi ketegangan di kawasan yang sewaktu-waktu dapat memicu konflik yang lebih besar dan meluas. Bukan tidak mungkin perluasan konflik bisa terjadi jika eskalasi konflik terus meningkat. Isarel akan didukung oleh sekutu-sekutunya seperti AS, Inggris hingga Yordania. dan hal itu bsudah terlihat jelas hari ini. Yordania dan Inggris membantu menembak jatuh drone yang dikirim Iran ke Israel. Sehingga, kerusakan yang ditimbulkan bisa diminimalisir.

Mengantisipasi situasi terkini, Dewan Keamanan PBB segera menggelar pertemuan darurat karena situasi di lapangan masih sangat cair. Seiring itu, di tengah mengalirnya kecaman terhadap serangan Iran, sejumlah negara dan pemimpin dunia justru mendesak para pihak terkait untuk menahan diri. Kantor-kantor berita, seperti Associated Press, AFP, dan Reuters, memberitakan, desakan tersebut datang antara lain dari Mesir, Arab Saudi, Rusia, China, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan  Paus Fransiskus

China meminta negara-negara yang memiliki pengaruh besar agar memainkan peran konstruktif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan penghentian segera permusuhan di Timur Tengah.

Sementara itu, Paus Fransiskus mendesak agar ”spiral kekerasan” yang menyeret Timur Tengah ke dalam konflik yang lebih besar harus segera diakhiri. Paus pun meminta semua pihak menghormati kedaulatan setiap negara dan berpihak pada perdamaian.

Selain desakan perdamaian yang harus disuarakan lebih keras, negara lain juga harus bisa menahan diri untuk terlibat dalam konflik tersebut. Seperti diketahui, keterlibatan AS di pihak Israel akan mengundang negara yang kontra AS seperti Korea Utara, dan Rusia bisa saja ikut terlibat untuk mendukung Iran. Pakar HI Hikmahanto Juwana menyebut negara seperti Rusia dan Korea Utara mungkin hendak mencari alasan untuk bisa menyerang AS. Jika negara - negara tersebut benar terlibat, maka bukan tidak mungkin perang dunia ke-III bisa saja terjadi. Hal tersebut tergantung respon Israel atas serangan Iran. Jika Israel membalas, maka Iran akan kembali menyerang. Lingkaran saling balas ini akan menjadi pemicu konflik akan meluas. 

Konflik antara Iran dan Israel tentu saling klaim atas nama peraturan hukum Internasional. Tapi apapun itu, Perang selalu membawa dampak negatif lebih banyak. Ketegangan di Timur Tengah tentu akan berimbas pada kondisi geopolitik dunia. Apalagi jika konflik lebih meluas melibatkan negara Adidaya. Peran Dewan Keamanan PBB disini sangat diperlukan untuk melerai perseteruan ini, atau setidaknya mencegah negara lain untuk terlibat. ertanyaannnya hari adalah sejauh mana DK PBB bisa mencegah negara lain untuk terlibat, melihat AS sudah ikut menyatakan diri berada di salah satu pihak? 

Selayaknya tujuan terbentuyknya PBB pada Oktober 1945 adalah untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang dianggap tak mampu mencegah perang dunia ke III. Sehingga PBB dibentuk untuk mencegah konflik serupa. Apakah PBB akan bernasib sama dengan LBB? Penting menunggu peran utama PBB dalam menjamin keamanan dan memberi resolusi konflik yang kongkrit.