Bibit Siklon Tropis Bergerak Lambat Akibatkan Hujan yang Turun Jadi Awet

Ilustrasi- Hujan (foto: gemapos/ istock)
Ilustrasi- Hujan (foto: gemapos/ istock)

Gemapos.ID (Jakarta)- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa hujan yang mengguyur lama dipicu vorteks (091S) yang berubah jadi bibit siklon 18S cenderung bergerak lambat karena tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks.

Adapun hal tersebut disampaikan Periset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin melalui akun X miliknya yang dikutip di Jakarta, Kamis (14/3). Ia mengatakan bibit siklon tropis itu bergerak lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia.

"Inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa ekstrem yang disertai angin kencang," ujarnya.

Kemudian Erma menjelaskan, efek pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan yang persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks.

Karena itu, Erma mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.

Adapun kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudra Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek.

Menurutnya, bibit siklon 91S yang kian mendekat ke Jabodetabek merupakan momen langka. Fenomena itu mengulang penyebab banjir besar Jakarta 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari di Jakarta.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia. Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia.

Selanjutnya, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1000 hPa bergerak ke arah timur.

Kemudian, bibit Siklon Tropis 93P masih terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara.

Adapun kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia.(ri)