Prabowo dan Jokowi, Disingkirkan Atau Menyingkirkan

Ilustrasi - Presiden Jokowi, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (gemapos)
Ilustrasi - Presiden Jokowi, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (gemapos)

Gemapos.ID (Jakarta) - Isu politik elit memang menarik untuk di kulik. Meski itu baru sekedar gimmick dan perspektif publik.

Gemapos mengamati berbagai isu elit politik sejak awal mulai pemilu 2024. Termasuk terkait dukungan presiden Jokowi ke menhan Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.

Meski Jokowi membantah adanya dukungan itu karena anaknya, Gibran Rakabuming Raka jadi Wapres Prabowo, tapi dalam kenyataanya hal itu tidak bisa di elak lagi.

Jelas sang ayah pasti mendukung putra mahkota to!, terbukti atau tidak, itu memang susah dibuktikan. Dan sekarang Prabowo-Gibran sukses meraih suara terbanyak. Tinggal menunggu keputusan KPU 20 Maret nanti.

Tapi, pernah-kah teman-teman dengar isu bahwa ada indikasi saling menyingkirkan antara Jokowi dan Prabowo jika benar nanti Prabowo menjadi presiden?

Benarkah demikian? Mari kita bahas.

Perseteruan politik Jokowi dan Prabowo sudah mulai pada 2014. Dimana saat itu Jokowi dan Prabowo head to head dalam Pilpres 2024. Di Pilpres tahun 2019 pun sama. Dan Prabowo selalu dalam posisi yang kalah.

Namun pada tahun 2019, Prabowo justru bergabung dengan Kabinet Jokowi sebagai Menhan. Sejak saat itu, hubungan Jokowi dan Prabowo terlihat selalu mesra.

Tak jarang, juga Prabowo dan Jokowi saling puji di berbagai kesempatan.

Puncak kemesraan mereka adalah ketika Prabowo bakal turut serta dalam Pilpres 2024. Dan akhirnya meminang, anak Jokowi, Gibran untuk jadi Wakil Presidennya. 

Saat ini, menurut hitung sementara KPU, pasangan Prabowo-Gibran memperoleh suara tertinggi. Dipantau 1 Maret 2024, suara Prabowo Gibran tembus 58% suara nasional. Jauh meninggalkan Anies-Muhaimin di angka 24% dan Ganjar-Mahfud yang mendapatkan 16%.

Jika hasil ini tak jauh berubah saat penetapan nanti, Prabowo-Gibran dipastikan akan menjadi presiden dan wakil presiden lima tahun mendatang. Dengan satu putaran.

Tentu visi nya adalah melanjutkan Program Jokowi.

Namun, isu kekuasaan Prabowo tidak akan bertahan lama muncul dari pengamat militer dan intelijen Connie Rahakundini Bakrie levat videonya yang tersebar di sosial media. Pernyataan Connie dalam video itu juga dilansir berbagai media, pertengahan Ferbuari lalu.

Iya mengklaim telah mengetahui adanya skenario Presiden Jokowi bila Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden kelak.

Dalam skenario itu, Connie menyebut Prabowo hanya akan menjabat selama 2 tahun, bila terpilih menjadi Presiden dan langsung diganti Gibran, putra Jokowi.

Ia mengaku pernyataan itu berasal Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani saat diskusi tertutup dengannya pada 11 Februari 2024 lalu. Pertemuan itu mulanya kata dia untuk mebicarakan gabungnya Connie ke kubu 02.

Kira-kira begini penyataan Connie:

"Ini yang sampaikan Pak Rosan loh, mantan dubes kita di Amerika. 'Jadi rencananya 2 tahun, jika tahun berikutnya diikuti oleh Gibran'. Saya langsung bangun saya bilang, 'Sebentar Pak Rosan. Jadi cuma 2 tahun, lalu langsung diganti Gibran?" begitu kira-kira kata Connie seperti dilansir sindonews, Minggu (11/2024).

Dari pernyataan itu Connie mengingatkan, Jokowi bisa menghianati Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, maka kemungkinan kuat hal serupa bisa menimpa Prabowo.

Tak lain dan tidak bukan, upaya menyingkirkan Prabowo adalah untuk menaikkan posisi Gibran menjadi pemimpin tertinggi negeri ini.

Namun, pernyataan itu di bantah oleh Rosan.

Kata dia, pernyataan masa jabatan Prabowo yang hanya 2 tahun justru dilontarkan oleh Connie sendiri.

Menurut Rosan, justru Connie berandai-andai jika prabowo dilengserkan lebih cepat dengan berbagai upaya setelah 2 tahun menjabat.

"Pernyataan yang dua tahun itu bukan datang dari saya, beliau mengatakan, 'ini gimana kalau sudah 2 tahun, atau kalau tiba-tiba Prabowo. Saya ini orang intelijen, bisa aja Pak Prabowo diracun, bisa lebih cepat, itu gimana? Dia bilang begitu. Saya bilang, 'Bu, sudahlah, itu tidak pantas. Ya sudahlah, kita sih enggak ada pikiran seperti itu lah, jangan lah," ucap Rosan dalam konferensi persnya di hari yang sama, Minggu (11/2/2024).

Nah, jadi siapa yang benar? Entahlah.

Tapi, hal sebaliknya disampaikan Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok. Dia justru khawatir kalau Jokowi dan Gibran akan ditipu oleh Prabowo.

Menurutnya, jika Prabowo sudah menjadi presiden, kekuasaan sudah berada di tangan, makan akan lupa dengan komitmennya untuk melanjutkan program-program Jokowi.

Kalau Prbowo jadi presiden, Ahok khawatir Prabowo tidak akan lagi mau mendengarkan Jokowi.

Dalam video wawancara yang diunggah di youtube liputan6 pada 10 Feb 2024, Ahok menyebut telah menyampaikan langsung kekhawatirannya pada Jokowi saat di sela-sela dialog kebangsaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (7/2/2024) lalu.

"Saya khawatir jika Pak Prabowo jadi (presiden), lu (Jokowi) disingkirin, anak lu disingkirin," ujar Ahok pada mantan tandemnya saat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2013 itu.

Dia juga menyebut jika tidak ada yang lebih komitmen melanjutkan program Jokowi selain Ganjar Pranowo.

Meski isu saling menyingkirkan telah bergulir, tidak ada tanda-tanda perseteruan antara Jokowi dan Prabowo saat ini. Dalam kesempatan terbaru, Jokowi justru menganugerahi Prabowo pangkat Jenderal TNI Kehormatan. Hal itu membuktikan hubungan kedua tokoh nasional itu baik-baik saja.

Jadi, menurut teman-teman dari Jokowi dan Prabowo, siapa kira-kira yang akan disingkirkan atau menyingkirkan?

Atau justru mereka malah makin mesra? Setelah mesra dengan Jokowi, selanjutnya Prabowo mesra dengan Gibran. Siapa yang tau.

Tapi, kemungkinan-kemungkinan tetap ada. Siatuasi politik nasional sangat dinamis. Apalagi yang dilakukan oleh elit-elit politik. 

Mesra di luar tapi musuh di dalam. Atau terlihat benci, padahal cinta. Apapun bisa dinegosiasikan asal hasrat kekuasaan tersalurkan. Begitulah kira-kira.

Untuk masalah saling menyingkirkan, hanya waktu dan kepentingan yang akan menjawab. Akankah kepentingan Jokowi dan Prabowo masih sejalan di masa mendatang, atau justru kembali berseberangan. 

Apa pendapat kalian?

(red)