Menko Luhut Pastikan Emisi Karbon Nol Akan Dicapai Tanpa Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Marine Spacial Plannings & Services Expo di Jakarta, Selasa (foto: gema
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Marine Spacial Plannings & Services Expo di Jakarta, Selasa (foto: gema


Gemapos.ID (Jakarta)- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan bahwa target emisi karbon nol akan dicapai Indonesia tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

"Kita bisa capai emisi karbon nol pada 2060 dan bisa lebih cepat. Tapi kita tidak ingin pertumbuhan ekonomi kita terganggu," kata Luhut dalam Marine Spacial Plannings & Services Expo di Jakarta, Selasa.

Menurut Luhut, saat ini emisi karbon per kapita Indonesia baru mencapai 2,3 ton per tahun atau lebih rendah dari rata-rata dunia yang sebesar 4,5 ton per kapita per tahun.

Emisi karbon per kapita Indonesia juga lebih rendah dari negara-negara maju yang bisa mencapai 15 ton per kapita per tahun.

Namun jumlah emisi karbon Indonesia tersebut bisa dikurangi secara bertahap tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Dia mengungkapkan langkah-langkah Indonesia menurunkan emisi karbon antara lain mengurangi 39 persen sampah yang dibuang ke laut, mendirikan titik pengolahan sampah yang ditargetkan pada 2027 dapat memproses 30 ribu ton sampah per hari, menanam ulang mangrove di lahan seluas 600 ribu hektare, dan transisi energi.

Saat ini sumber listrik Indonesia masih dipasok oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, tapi ke depan, Luhut optimis sumber listrik perlahan-lahan dapat dipasok oleh pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT).

Dengan memastikan kebutuhan listrik terpenuhi dari sumber-sumber yang lebih ramah lingkungan , Indonesia bisa mencapai target menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045.

“Teknologi berkembang sangat pesat. Saya lihat, bukan tidak mungkin suatu ketika batu bara (sebagai sumber PLTU) tidak akan jadi masalah lagi, karena emisi karbonnya bisa ditangkap,” kata Luhut menerangkan.

Luhut mengatakan potensi listrik dari EBT sebesar 37 gigawatt (gw) dan bisa mencapai 3600 gw dari optimalisasi solar panel apung di danau-danau di Indonesia.

“Sekarang solar panel baru bisa digunakan di siang hari, di malam hari belum ada baterai yang bisa menyimpan listrik. Kalau teknologi itu berkembang, (solar panel) itu akan bisa digunakan,” kata Luhut.

Dia mengatakan untuk menjadi negara maju, perekonomian Indonesia yang saat ini masih tumbuh 5 persen juga diharapkan dapat mencapai 6 persen pada 2026 dengan hilirisasi produk sumber daya alam, termasuk produk yang berasal dari laut.(ar)