Mengepakkan Sayap Kerajinan Lokal ke Pentas

Pemilik Songket Azizah bernama Azizah memamerkan kerajinan songket yang dihasilkan di daerah Prabumulih Sumatera Selatan dalam Pameran Kriya 2023 di JCC Senayan 13-17 September 2023. (foto:gemapos/antara)
Pemilik Songket Azizah bernama Azizah memamerkan kerajinan songket yang dihasilkan di daerah Prabumulih Sumatera Selatan dalam Pameran Kriya 2023 di JCC Senayan 13-17 September 2023. (foto:gemapos/antara)


Pagi itu angin berembus sepoi-sepoi, gedung-gedung kokoh berdiri di Jalan Gatot Subroto, berjejer rapi. Sinar Matahari pun tak begitu terik karena langit masih saja kelabu tertutup polusi.

Langkah kaki terus bergerak pelan dan berirama menggesekkan bagian bawah sepatu dengan jalan menuju Jakarta Convention Center Jakarta. Langkah itu terus dipercepat karena jarak gerbang 8 menuju JCC cukup jauh untuk dilalui dengan berjalan kaki.

Lelah berjalan yang membuat kalori terbuang terbayarkan ketika memasuki Gedung Jakarta Convention Center. Selain embusan air conditioner yang menyejukkan kulit, mata langsung dihadapkan pada warna-warni hasil kerajinan dari seluruh daerah di Indonesia.

Pameran Kriyanusa, namanya. Pameran ini diinisiasi oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang bertujuan mempromosikan produk-produk kriya dari seluruh daerah di Indonesia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kriya merupakan kerajinan tangan. Kerajinan tangan ini memiliki beberapa bentuk dan turunan baik tenun, sulam, pahatan, ukiran, dan lainnya yang merupakan karya seni.

Dalam pameran yang digelar di JCC 13 hingga 17 September 2023, sejumlah produk kriya yang ada di Indonesia dipamerkan kepada pengunjung.

Mulai kriya dari Provinsi Papua Selatan, Papua Tengah, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, hingga kota kabupaten memiliki gerai-gerai khusus tempat memajang hasil kerajinan.

Pengunjung dapat melihat langsung produk-produk yang dipamerkan dan jika suka maka transaksi dapat terjadi di lokasi.

Ketua Panitia Pameran Kriyanusa 2023, Sri Suparni Bahlil mengatakan pameran ini merupakan salah satu upaya Dekranas dalam pengembangan kapasitas pelaku usaha kriya.

Pameran ini merupakan salah satu wujud nyata Dekranas dalam pengembangan kapasitas pelaku usaha kriya yang bertujuan untuk  mendorong penciptaan dan pengembangan produk-produk kriya lokal sekaligus melestarikan citra budaya seluruh daerah di Indonesia.

Pameran Kriyanusa menghadirkan 307 gerai pameran yang berasal dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) provinsi, kabupaten dan kota, kementerian, serta lembaga.

Pameran tersebut untuk mengembangkan dan menampilkan produk unggulan khas Indonesia.

“Utamanya dapat membuka pandangan para pelaku usaha terhadap perkembangan desain terkini yang sesuai dengan selera pasar,” kata dia.

Hal serupa dilakukan Sumatera Barat. Dalam pameran kali ini, Dekranasda Sumbar menghadirkan kambuik, yang merupakan kerajinan tangan dari bahan dasar pandan.

Kerajinan ini dibawa oleh Kabupaten Solok yang memamerkan kambuik dalam berbagai variasi di gerai mereka. Mulai dari tikar dan tas berukuran kecil hingga besar dipajang di gerai tersebut.

Kerajinan kambuik yang berasal dari kawasan Paninggahan ini dibuat secara tradisional dengan mengolah daun pandan menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi.

Daun pandan ini diolah sedemikian rupa dan dirajut atau dianyam dengan tangan menghasilkan tas yang cantik dan bernilai jual.

Selain kambuik, Sumbar juga dikenal memiliki beragam kerajinan dengan harga jual yang baik.

Ketua Dekranasda Sumatera Barat Harneli Bahar mengatakan kerajinan yang paling diminati adalah songket, tenun, sulam, anyaman, bordir, hingga rajutan.

Terdapat sejumlah gerai untuk menampilkan kerajinan asal Sumatera Barat, mulai dari gerai Dekranasda Sumbar, Kabupaten Solok, Kota Bukittinggi, Payakumbuh, dan Kabupaten Solok Selatan.

Ia mencontohkan, Sumbar menawarkan songket kualitas baik dan indah dengan harga Rp2 juta atau di bawah harga dari produk serupa dari daerah lain.

Sumbar juga memiliki songket yang mahal tapi juga yang menyiapkan songket yang terjangkau dengan kualitas memadai.

Perajin di Sumatera Barat telah memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk kerajinan mereka kepada masyarakat. Meski demikian, pihaknya tetap menyediakan ruang bagi mereka memasarkan produk secara langsung melalui pameran.

Pameran ini menjadi salah satu yang ditargetkan mampu membuka peluang pasar baru bagi kerajinan dari Sumatera Barat. Selain itu, pihaknya terus melakukan pelatihan kerajinan tangan kepada generasi muda agar kerajinan ini tidak hilang akibat tidak ada yang melanjutkan.

Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menargetkan daerah tersebut mampu memiliki industri kerajinan tangan nantinya sehingga barang yang dihasilkan selain memiliki kualitas, keindahan, serta mampu menembus pasar internasional.

Pada saat ini perajin di Sumbar masih melakukan produksi dengan cara manual sehingga produk yang dihasilkan terbatas.

Tentu ini dapat dilakukan secara perlahan-lahan dan pihaknya terus mendorong agar produk kriya Sumbar mampu unjuk gigi ke pasar nasional dan internasional.

Songket Azizah

Ada seorang perempuan berkerudung di salah satu gerai binaan PT Pertamina. Wanita asal Prabumulih itu bernama Azizah yang memiliki usaha songket yang dirintisnya sejak 2010.

Menurut dia, songket bukan kain biasa karena tidak semua orang mampu memiliki songket buatannya. Dulu, di songket ini benangnya dari emas asli, namun kini diubah menjadi benang kristal emas.

Songket ini merupakan kain bangsawan yang diproduksi secara cermat dan proses panjang sehingga harganya mahal. Songket ini juga tidak sembarangan dipakai, hanya untuk acara sakral seperti acara adat, pernikahan, dan kematian.

Dia membuka usaha di Prabumulih. Rumahnya disulap tak hanya sebagai tempat tinggal tapi juga workshop dan toko. Ada delapan perajin yang dipekerjakan untuk memproduksi songket ini. Ada yang dalam bentuk kain atau selendang saja atau satu paket. Kain songket ini terbuat dari katun dan ada juga dari kain sutera.

Produksi terus dilakukan setiap bulan baik ada pesanan maupun tidak. Dalam satu bulan ada enam hingga tujuh produk yang dibuat.

Usaha yang dibangun bersama suaminya itu telah mematenkan sulaman cantik manis nenas,  papan sekeping nenas, hingga sigok nenas yang melekat di kain songket miliki Azizah ini.

Produksi songket memang manual. Selain dilakukan oleh perajin, ia bersama suami juga memasukkan benang-benang yang disimpul menjadi kain songket.

Kecintaan akan kain songket ini membuat dirinya memproduksi lalu memperkenalkan kain khas Sumatera Selatan ke pasar dunia. Selain berjualan di Prabumulih, ia kerap ikut pameran agar calon pembeli dapat melihat langsung songket mereka.

Pameran Kriyanusa ini merupakan kegiatan tahunan yang menjadi lokasi perjanjian antara penjual dengan calon pembeli untuk bertransaksi.

Pameran ini juga membuka ruang perjanjian bisnis jangka pendek maupun panjang, yang harus dimanfaatkan pemerintah daerah untuk mempromosikan kerajinan daerah ke pasar domestik maupun global.

Oleh Sella Panduarsa Gareta/Mario Sofia Nasution