Mendorong Pengembangan Tambak Udang Silvofishery di Sulsel

Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman kunjungi hutan mangrove di Tanjung Pinang, Kepri. (27/8/2023)
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman kunjungi hutan mangrove di Tanjung Pinang, Kepri. (27/8/2023)


Gemapos.ID (Jakarta) - Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman mendorong pengembangan tambak udang dengan teknologi tradisional yang menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman mangrove atau silvofishery.

Andi Sudirman Sulaiman dalam keterangannya yang diterima di Makassar, Minggu (27/8/2023), meminta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel untuk mencontoh para petani di Kepulauan Riau yang sukses mengembangkan sistem silvofishery dan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di daerah itu.

"Kita berharap setelah berkunjung di sini (Kepri), kita juga dapat melakukan hal yang sama di Sulsel agar mampu menyejahterakan petani tambak dan tetap menjaga kelestarian lingkungan," katanya.

Gubernur termuda di Indonesia ini melakukan sharing terkait crabon trading dengan mengunjungi hutan mangrove sekaligus menanam bibit mangrove di  Bintan bersama sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Untuk melestarikan hutan mangrove, sejumlah pengusaha asal Jepang yang bernaung di bawah payung YL Invest Co. Ltd. menjadikan tambak udang milik Kelompok Tani Kharisma Bintan di Sei Tiram, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) sebagai model panutan pengembangan tambak udang dengan sistem silvofishery.

Model silvofishery ini fokus mempertahankan vegetasi mangrove seluas 60 persen dan area kosong yang dijadikan kolam untuk budi daya udang dan ikan bandeng seluas 40 persen. Areal tambak udang dan ikan bandeng yang dikelola kelompoknya di Bintan mencapai 100 hektar.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel Muhammad Ilyas menyampaikan hutan mangrove yang dikunjungi ini telah mendatangkan penghasilan melalui perdagangan karbon.

Hutan mangrove tersebut dikelola oleh Ady Indra Pawennari bekerja sama dengan pembeli dari Negeri Matahari Terbit tersebut, dengan luasan 100 hektare dengan penghasilan sekitar Rp1 miliar per tahun.

"Mereka memanfaatkan tambaknya dengan menanam mangrove, kemudian menjual karbon deposit ke pembeli asal Jepang," sebut Ilyas.

Gubernur Sulsel menugaskan DKP Sulsel untuk melakukan hal yang sama dengan kerja sama deposit karbon. Melalui optimalisasi tambak-tambak milik Pemprov sebagai proyek percontohan.

Selain itu, menawarkan 2,5 juta pohon mangrove yang sudah ditanam Pemprov untuk dikerjasamakan guna menghasilkan PAD melalui DKP Sulsel. (pu)