Diduga Akibat El Nino, Bendung Katulampa Bogor Alami Nol Centimeter

Tinggi muka air (TMA) Kondisi Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat nol sentimeter, karena aliran sungai mengalami kekeringan pada Minggu (30/7/2023). (foto: ant)
Tinggi muka air (TMA) Kondisi Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat nol sentimeter, karena aliran sungai mengalami kekeringan pada Minggu (30/7/2023). (foto: ant)


Gemapos.ID (Jakarta)- Tinggi muka air (TMA) aliran Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat mengalami nol centimeter karena dalam beberapa waktu terakhir curah hujan yang berkurang di wilayah hulu sungai menyebabkan kekeringan. 

Kepala Pengawas Bendung Katulampa Andi Sudirman saat dikonfirmasi di Kota Bogor, Minggu, kekeringan diduga akibat El Nino sehingga berdampak pada aliran sungai Ciliwung yang biasa pemicu banjir karena debitnya tinggi, menjadi sangat rendah saat ini.  

Menurut informasi dari laman BMKG, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

“Puncaknya itu biasa terjadi pada Juni, Juli, Agustus, dan kembali normal biasanya Oktober lalu November ketika hujan mulai turun kembali,” kata Andi.

Andi menyampaikan, dalam terakhir debit Sungai Ciliwung mencapai 3.000 liter per detik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.500 liter dialirkan ke irigasi Kali Baru untuk mengairi 330 Ha lahan pertanian dan sisanya sebanyak 500 liter dialirkan ke sungai utama untuk menjaga ekosistem sungai.

Kata Andi, pada musim penghujan dalam keadaan normal, tinggi aliran sungai di Bendung Katulampa sekitar 50 sentimeter atau dengan debit air mencapai 60.000 liter per detik.

Kondisi seperti ini diprediksi akan terjadi hingga Oktober 2023 mendatang. Maka, Andi berharap dalam waktu dekat di hulu sungai Ciliwung segera diguyur hujan sehingga bisa mengairi sungai sepanjang 119 kilometer itu.

andi menuturkan, kekeringan terparah pernah terjadi pada tahun 2020 juga 1997, dimana debit air yang mengalir dari hulu Sungai Ciliwung hanya 1.000 liter air per detik. Untuk, itu ia terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) serta dinas terkait untuk mengantisipasi kekeringan parah.

Sementara, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat Indra Gustari menyatakan musim kemarau di sebagian wilayah di Jawa Barat yang masuk zona musim akan berakhir hingga memasuki Oktober.

Pun Bogor masuk dalam wilayah hujan sepanjang tahun. Hanya saja, lanjut Indra, intensitas hujan di musim kemarau berkurang. Untuk itu, masyarakat juga diimbau agar hemat menggunakan air

“Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat untuk mulai beradaptasi setidaknya selama enam bulan ke depan dengan situasi tersebut. Salah satunya dengan hemat menggunakan air,” katanya.(ra)