Bagaimana Proyeksi E-Commerce Tahun Ini, Berikut Ulasannya

"Lebih dari setengah ekonomi digital kita ini berasal dari e-commerce sebetulnya. Bahkan tahun ini diperkirakan e-commerce bisa mencapai Rp600-Rp700 triliun, itu untuk semua jenis e-commerce," kata Ketua Dewan Pembina idEA Rudiantara di Jakarta pada Senin (23/1/2023)/
"Lebih dari setengah ekonomi digital kita ini berasal dari e-commerce sebetulnya. Bahkan tahun ini diperkirakan e-commerce bisa mencapai Rp600-Rp700 triliun, itu untuk semua jenis e-commerce," kata Ketua Dewan Pembina idEA Rudiantara di Jakarta pada Senin (23/1/2023)/

Gemapos.ID (Jakarta) - Indonesia Ecommerce Association (idEA) memprediksi e-commerce masih menjadi penopang ekonomi Indonesia pada 2023. Pasalnya, ini masih berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi digital nasional.

"Lebih dari setengah ekonomi digital kita ini berasal dari e-commerce sebetulnya. Bahkan tahun ini diperkirakan e-commerce bisa mencapai Rp600-Rp700 triliun, itu untuk semua jenis e-commerce," kata Ketua Dewan Pembina idEA Rudiantara di Jakarta pada Senin (23/1/2023).

Hal ini berdasarkan proyeksi transaksi e-commerce yang disebut Bank Indonesia (BI) bahwa pada November 2022 transaksi e-commerce diperkirakan mencapai Rp572 triliun.

Walaupun, kondisi ekonomi global dibayangi resesi, tapi kondisi ekonomi Indonesia lebih baik lantaran ekonomi Indonesia didukung oleh konsumsi domestik. 

"E-commerce ini kan cara orang beli sesuatu dengan cara yang lebih efisien. Artinya nilai produknya sama saja, tapi lebih efisien karena tidak perlu ke toko, tidak sewa toko, bahkan produsen bisa kirim langsung ke pembeli sehingga harganya jadi lebih murah," ujarnya. 

Keberadaan e-commerce tidak hanya memberi pilihan efisiensi tetapi juga variasi yang lebih luas atas produk yang ditawarkan.

Sekarang banyak orang yang menggunakan e-commerce untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan makanan, tidak lagi barang-barang konsumtif.

"Jadi memang secara makro ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh dan ini akan berdampak positif kepada e-commerce karena ekonomi Indonesia di-drive (didukung) oleh konsumsi domestik," ujarnya. 

Sementara itu Rudiantara menilai pemutusan hubungan kerja (PHK) dilakukan oleh beberapa platform e-commerce dan penambahan biaya admin supaya industri ini semakin sehat dan mendukung keberlanjutan bisnisnya.

"Mengapa? Karena, pertama, secara industri mereka tidak jor-joran, tidak lagi fokusnya pada bakar uang, tapi fokus kepada road to profitability, bagaimana menuju profit. Ini bagus, karena membuat investor makin selektif karena mindset berubah jadi road to profitability bukan pertumbuhan saja bagi investor," ujarnya. 

Semula e-commerce hanya digunakan pelaku UMKM untuk berdagang, tapi e-commerce kini justru ikut serta mendorong pengembangan para pelaku UMKM.

"E-commerce seperti Bukalapak juga melakukan pengembangan ekosistem melalui backward integration. Jadi tidak hanya menyediakan platform tapi juga ikut mengembangkan toko-toko kecil," ujarnya. 

Dengan langkah tersebut ekosistem e-commerce akan memiliki nilai lebih yakni tidak mengembangkan produk yang meningkatkan daya saing mereka.

Tantangannya, salah satunya adalah ada aplikasi-aplikasi yang sebetulnya bukan e-commerce, lebih ke media sosial, tapi mereka juga bisa menawarkan sistem perdagangan. 

“Ini walaupun masih kecil, kalau dibiarkan bisa jadi besar nanti. Ini jadi tantangan yang harus diselesaikan pemerintah," ujarnya. (ant/mau)