Begini Pengakuan Menkeu Sri Mulyani Tentang Ekonomi Tahun Depan

"Ini karena ada aspek geopolitik, aspek keamanan dan aspek perang, selain aspek ekonomi seperti krisis pangan dan energi, yang sumbernya kadang-kadang juga berasal dari nonekonomi," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indtawati di Jakarta, Rabu.
"Ini karena ada aspek geopolitik, aspek keamanan dan aspek perang, selain aspek ekonomi seperti krisis pangan dan energi, yang sumbernya kadang-kadang juga berasal dari nonekonomi," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indtawati di Jakarta, Rabu.

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui tantangan pada 2023 akan semakin kompleks dan polanya sangat tidak bisa diprediksi oleh semua pihak.

"Ini karena ada aspek geopolitik, aspek keamanan dan aspek perang, selain aspek ekonomi seperti krisis pangan dan energi, yang sumbernya kadang-kadang juga berasal dari nonekonomi," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indtawati di Jakarta pada Rabu (21/12/2022). 

Dengan demikian, semua pihak diharapkan mempererat kerja sama yang sudah terjalin secara baik antarpemangku kepentingan. Jadi, pada masa-masa yang sangat luar biasa sulit akan semakin kuat dan baik lantaran akan menjadi modal Indonesia untuk maju ke depan.

Sri Mulyani Indrawati menilai Indonesia tidak bisa mengontrol kejutan, ujian, dan tantangan yang ada lantaran merupakan bagian dari kehidupan dan perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara.

"Kita tidak bisa memilih tantangannya, yang kita bisa pilih adalah memperkuat kesiapan kita," tegasnya.

Dengan begitu semua pemangku kepentingan diajak memperkuat Indonesia dengan bekerja secara sinergis, kompeten, profesional, dan berintegritas tinggi.

Langkah ini harus dilakukan supaya uang masyarakat bisa digunakan mencapai tujuannya, yaitu melindungi rakyat, melindungi ekonomi, dan melakukan tugas investasi untuk mempersiapkan generasi yang akan datang.

Uang masyarakat yang ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi instrumen yang sangat penting dengan dimensi yang sangat kaya dan beragam pada masa suliy. 

Pengelolaan keuangan negara sangat rumit karena terdiri dari banyak hal, seperti penerimaan pajak, penerimaan bea dan cukai, hingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP), misalnya royalti, bagi hasil pemerintah dan kementerian/lembaga, sehingga harus dikelola dengan sangat hati-hati.

Uang yang diambil dari perekonomian dan rakyat akan kembali lagi ke masyarakat dalam bentuk berbagai belanja negara dan jika terdapat defisit anggaran, dilakukan untuk mendanai aktivitas perekonomian.

"Ini yang kami jaga sebagai sebuah siklus APBN, keuangan negara yang tertib, akuntabel, produktif, dan bertanggung jawab kepada masyarakat," ujarnya. (ant/mam)