Apakah Tepat Hamil Saat Pandemi Covid-19?

Marinda Suzanta
Marinda Suzanta
Gemapos.ID (Jakarta) - Pandemi Covid-19 membuat membuat beberapa calon ibu takut untuk melakukan program kehamilan (promil). Pasalnya, terdapat beberapa keadaan yang membuat calon ibu harus berkonsultasi ke rumah sakit. Sementara, rumah sakit adalah tempat yang paling dihindari saat ini karena termasuk tempat yang rawan dalam penyebaran virus Covid-19. Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi RS EMC Tangerang, Marinda Suzanta, mengatakan penting bagi calon ibu untuk memilih rumah sakit yang paling aman. "Para calon ibu untuk menanyakan ke dokter yang bertugas atau pada pihak rumah sakit tentang bagaimana pihak mereka menjalankan protokol kesehatan (prokes)," katanya. Hampir semua rumah sakit sudah menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Bahkan beberapa rumah sakit sudah memisahkan ruangan terpisah antara pasien umum dan pasien pengidap Covid-19. Masa pandemi ini diperkirakan masih membutuhkan waktu yang lama untuk berakhir maka Marinda menyerahkan keputusan kepada para calon ibu untuk menentukan apakah saat ini adalah waktu yang tepat untuk menjalankan promil. Umumnya pasangan harus bertemu dengan dokter fertilitas ketika sudah setahun atau dua belas bulan menikah namun belum juga dikaruniai anak, karena hal tersebut sudah dianggap mengalami gangguan kesuburan. Dengan syarat, pasangan tidak menggunakan kontrasepsi dan sudah melakukan hubungan badan sebanyak tiga kali setiap minggu. "Kalau sudah enam, tujuh bulan, dan mendekati keputusasaan, datang dong ke dokter, gapapa. Itu prinsip saya, karena saya sangat konsen dan fokus terhadap psikologis kedua pasien tersebut," jelasnya. Marinda juga menyarankan para calon ibu untuk relaks dan santai dalam menghadapi masa pandemi ini, karena salah satu faktor kesuksesan untuk hamil adalah psikologis. Namun, jika memang ada emergency fertility (darurat kesuburan) maka ia menyarankan untuk datang menemui dokter untuk melakukan konsultasi. "Kadang-kadang emergency itu bukan dilihat [dari] oh pendarahan, oh mau meninggal, bukan. Kadang-kadang ada masalah psikologis yang dihadapi yang nanti akan mendorong [pada] depresi, bahkan bunuh diri," jelasnya. Marinda menegaskan bahwa fertilitas berkaitan erat dengan psikologis. Bahkan ia menyarankan untuk menghilangkan keinginan untuk hamil. Tugas calon ibu adalah menjaga kesehatan psikis dan fisik sehingga calon ibu dapat berpotensi hamil. Sehat fisik yang dimaksud oleh Marinda adalah sehat sperma, sehat rahim, sehat tuba atau saluran telur, dan sehat ovulasi. Sebelum datang ke dokter fertilitas calon bapak harus memeriksakan spermanya terlebih dahulu, karena sperma adalah peran utama dalam proses kehamilan. Miranda menjelaskan bahwa sperma yang sehat adalah yang mengandung minimal 15 juta dalam satu cc. Dalam promil, yang tak kalah penting selain kesehatan sperma, adalah kesehatan tuba falopi karena di sana adalah tempat terjadinya fertilasi. Tuba akan diperiksa menggunakan histerosalpingografi (HSG). Alat HSG akan menyemprotkan cairan ke dalam tuba falopi dan sehat atau tidaknya tuba falopi adalah berdasarkan menetes atau tidaknya cairan tersebut di ujung tuba. Tuba yang terlihat meneteskan cairan maka akan dianggap sebagai tuba paten atau sehat. Padahal, tuba yang sehat belum tentu berfungsi dengan baik, karena walaupun terdapat air yang menetes di ujung tuba namun volume air juga harus diperhatikan. Ada kasus dimana tuba falopi sebenarnya tertutup namun karena meneteskan air berdasarkan pemeriksaan CHG maka dinyatakan paten. Penutupan tuba falopi ini juga harus disikapi dengan cara yang berbeda, yakni dengan pembukaan atau penutupan. Penutupan tuba harus dan hanya dilakukan jika tuba falopi mengalami hidrosalping atau infeksi. Hal ini harus dilakukan karena infeksi tersebut dapat menjadi racun yang menyerang embrio di dalam rahim sehingga menjadi gugur. Infeksi tersebut juga menjadi racun bagi saluran telur sehingga kualitas telur menjadi buruk. Dalam promil, kesehatan rahim juga harus diperiksakan melalui histeroskop. Rahim harus sehat karena di situ lah tempat janin bertumbuh. Begitu juga dengan kesehatan ovulasi yang akan diperiksa berdasarkan masa menstruasi setiap bulannya. Terkait dengan vaksinasi terhadap ibu hamil atau yang berencana untuk mengikuti program hamil, Marinda menyerahkan keputusan vaksinasi tersebut kepada para calon ibu.Namun, ia menyatakan bahwa vaksin yang saat ini beredar di Indonesia belum diuji lebih lanjut keamanannya terhadap ibu hamil atau ibu promil.