Ini Pandangan Kemenparekraf Terkait Cacar Monyet di Indonesia

Kemenparekraf berpendapat protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) bisa mencegah penyebaran penyakit monkeypox (cacar monyet).
Kemenparekraf berpendapat protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) bisa mencegah penyebaran penyakit monkeypox (cacar monyet).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berpendapat protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) bisa mencegah penyebaran penyakit monkeypox (cacar monyet).

“Kita masih menghadapi pandemi Covid-19 dengan berbagai varian baru dan ada timbul lagi penyakit baru ini (cacar monyet). Mari kita tingkatkan kewaspadaan,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno belum lama ini. 

Sebelumnya, World Health Organization (WHO) telah menetapkan status kedaruratan kesehatan masyarakat global terkait penyakit cacar monyet.

Hal ini disikapi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan surat edaran berkaitan dengan kewaspadaan terhadap cacar monyet di negara non endemik. Kebijakannya berupa pemberlakuan jalur pembatasan untuk melakukan pengawasan ketat sejak dini.

“Mari kita perketat pengawasan juga di pelabuhan dan di tempat-tempat yang memiliki risiko tinggi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan terus berkoordinasi dengan Kemenkes serta kementerian/lembaga terkait,” ucapnya. 

Kemenkes telah menyediakan 1.500 reagen/cairan pendeteksi cacar monyet yang akan dikirim secara bertahap ke seluruh laboratorium kesehatan di Indonesia. Walaupun, ini dinilai belum terjadi penularan di Tanah Air. 

Namun, sejumlah kebijakan perlu dilakukan Kemenkes lantaran kasus cacar monyet telah terjadi di Singapura yang berbatasan langsung dengan Indonesia, terutama di Kepulauan Riau (Kepri) dan Kota Batam.

"Tentunya ini setelah pandemi ada lagi ya, dan ini perlu kita sikapi. Kita apresiasi Dinas Kesehatan Kota Batam yang telah menyiapkan dua rumah sakit isolasi khusus untuk antisipasi cacar monyet,” tuturnya.

Diminta Waspada

Sementara itu Satuan Tugas (Satgas) Monkeypox Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan kasus cacar monyet belum terkonfirmasi di Indonesia.

"Sampai di hari ini belum terdapat kasus konfirmasi infeksi monkeypox namun pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat harus tetap waspada," ucap Ketua Satgas Monkeypox PB IDI Hanny Nilasari.

Cacar monyet adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis) dengan dua moda transmisi yakni transmisi hewan ke manusia dan transmisi manusia ke manusia.

Transmisi virus monkeypox dari hewan ke manusia bisa terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau melalui gigitan.

"Selain itu, kontak dengan daging mentah atau daging setengah matang dari binatang liar juga disebutkan dapat menyebabkan penularan virus monkeypox," ujarnya. 

Transmisi manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit pasien yang terinfeksi cacar monyet.

Penularan melalui kontak tidak langsung juga dapat terjadi yakni dengan media yang terkontaminasi virus cacar monyet seperti baju, kain, seprai dari pasien yang terinfeksi cacar monyet, dan kontak dengan droplet atau sekret pernapasan dari pasien yang terinfeksi.

"Laporan kasus menyebutkan juga adanya transmisi vertikal dari ibu hamil yang terinfeksi monkeypox pada janin," ucapnya.

Sebanyak 76 negara melaporkan kejadian cacar monyet dengan 22.485 kasus sampai 29 Juli 2022. Dari angka itu sebanyak tiga negara di Asean mengalaminya yakni Singapura 11 kasus konfirmasi, Thailand dua kasus konfirmasi, dan Filipina satu kasus konfirmasi.

Dengan demikian, Satgas Monkeypox PB IDI meminta pemerintah memperluas dan memperketat skrining pada pintu masuk pelabuhan, bandara, dan pos lintas batas darat negara (PLBDN).

Hal itu dilakukan dengan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, tanda, dan gejala.

"Pada pelaku perjalanan dengan kondisi demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang bertugas di pelabuhan, bandara, ataupun PLBDN (Pelabuhan dan Pos Lintas Batas Darat Negara)," katanya.

Kemudian, meningkatkan kemampuan laboratorium jejaring dalam diagnosis molekuler spesimen pasien yang dicurigai menderita monkeypox sesuai rekomendasi WHO.

Selanjutnya, meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait epidemi, gejala, cara penularan, dan cara langkah pencegahan pribadi dan masyarakat.

Berikutnya, meningkatkan kemampuan dalam identifikasi kontak erat pada pasien suspek dan probable monkeypox

Terakhir, memberikan informasi terkini kepada masyarakat mengenai situasi monkeypox secara berkala dan transparan untuk mencegah terjadinya kepanikan akibat kesimpangsiuran berita. (ant/din)