Pemberdayaan SDM Dorong Perekonomian Negara

images (27)
images (27)
Gemapos.ID (Banyuwangi) , 12 Maret 2020 - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan, Kasan menyampaikan, pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) menjadi hal penting sebagai salah satu solusi untuk mendorong perekonomian Indonesia di tengah melemahnya ekonomi dan perdagangan global saat ini. Hal ini disampaikan Kasan dalam rangkaian kunjungan kerjanya daerah produsen untuk ekspor di Banyuwangi, Jawa Timur, hari ini, Kamis (12/3). Selama kunjungan kerja di Banyuwangi, Kasan didampingi Sekretaris BPPP Sri Nastiti Budianti dan Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan, RR. Nanin Oktaviantie. "Dengan kondisi pelambatan ekonomi global saat ini dan dampak virus Corona, pemberdayaan SDM di daerah menjadi salah solusi penting untuk mendorong perekonomian dan perdagangan Indonesia. Dengan demikian, daerah dapat terus bergerak maju tanpa tergantung produk impor,” jelas Kasan. Untuk memaksimalkan pemberdayaan SDM di daerah, Kementerian Perdagangan siap berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi dalam Inkubasi Pemasaran Daring yang merupakan tindak lanjut dari hasil kajian BPPP Kementerian Perdagangan. Dengan kolaborasi ini, diharapkan Kemendag dapat menggerakkan ekonomi dan perdagangan daerah serta memaksimalkan potensi daerah. Kolaborasi ini ke depannya juga dapat dilakukan dengan Pemkab lainnya. "Kolaborasi yang akan dilakukan terutama terkait dengan promosi dan pemasaran produk-produk yang diproduksi UKM. Saat ini Kemendag tengah melakukan persiapan program pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui inkubasi pemasaran daring (online)," jelas Kasan. Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberikan masukannya agar bantuan dan fasilitas yang diberikan ke daerah tidak lagi dalam bentuk fisik, melainkan pengembangan SDM. "Hal penting untuk mendorong pelaku UKM yaitu dengan membangkitkan semangat dan menghadirkan orang-orang sukses yang inspiratif. Selain itu, pelatihan bisa dilakukan dengan mendatangkan ahli yang tidak hanya mengajarkan, tetapi sekaligus tinggal di daerah tersebut untuk mengawasi dan memantau secara langsung selama periode yang ditentukan," jelas Azwar. Banyuwangi merupakan salah satu contoh daerah yang berhasil memanfaatkan teknologi informasi semaksimal mungkin untuk kemajuan daerahnya. Contohnya warung pintar dan smart kampung. Selain itu, Banyuwangi juga berhasil menggandeng para pelaku usaha lokal untuk mendorong perekonomian di Banyuwangi tanpa kehadiran mal-mal besar. Azwar menjelaskan, konsep pengembangan Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai tempat tujuan masyarakat yang ingin menjauh dari suasana perkotaan. Untuk itu, tidak ada pusat perbelanjaan yang dapat menimbulkan kemacetan. Selain itu, Azwar berharap agar pemerintah dan pelaku usaha dapat mendorong investasi padat karya, bukan hanya padat modal dan teknologi, agar dapat menyerap tenaga kerja. "Sektor pariwisata menjadi lokomotif dalam pertumbuhan sektor kreatif. Jika pariwisatanya berkembang, maka akan diikuti sektor-sektor lainnya, seperti sektor kreatif," imbuhnya. Menurut Azwar, untuk mendorong UMKM bisa dilakukan melalui anak-anak muda kreatif di daerah pedesaan. "Hal ini dapat mendorong agar pertumbuhan di daerah pedesaan dapat berjalan paralel dengan kemajuan di kota," jelas Azwar. Menurut Kasan, banyak pelajaran yang bisa diambil dari Kabupaten Banyuwangi dengan mereplikasi program- programnya ke daerah lain yang lebih luas agar dampaknya bisa lebih besar lagi untuk pemberdayaan UKM dan masyarakat. "Melalui kunjungan kerja ini, diharapkan dapat tercipta kolaborasi antara BPPP Kementerian Perdagangan dengan para pemangku kepentingan yang dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat secara langsung bagi masyarakat Banyuwangi, khususnya dalam rangka penguatan pasar dalam negeri dan perluasan akses pasar ekspor Indonesia," ungkap Kasan. Dalam kunjungan kerjanya, Kasan juga mengunjungi Rumah Kreatif BUMN (RKB) di Banyuwangi pada Rabu (11/3). RKB merupakan contoh model inkubator bagi UMKM yang daIam menjalankan perannya melakukan kerja sama dengan cara institutional bridging dengan Dinas Perindag dan Dinas Koperasi UKM, serta laman pemasaran (marketplace). Kasan juga bertemu dengan Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kemiren, Meiris Kurniawan. Pertemuan tersebut juga membahas upaya pengembangan UMKM dan pemasaran produk secara daring. Implementasi Umat Mart (Ummart) di Pesantren Pada Kamis (12/3), Kasan juga mengunjungi Pondok Pesantren Mabadi'Ul Ihsan untuk melihat implementasi Umat  Mart (Ummart). Pondok pesantren ini telah berdiri sejak tahun 1964. Dalam kunjungannya, Kasan didampingi Agus Rachmatullah yang mewakili pengasuh pondok pesantren Kyai Haji Masykur Wardi. Menghadapi tantangan global dan revolusi industri 4.0, Yayasan membekali santri dan siswa dengan berbagai kompetensi. Selain pendidikan formal dan keagamaan, para santri juga dibekali dengan pendidikan di bidang kewirausahaan dengan beragam fasilitas penunjang pelatihan bisnis, mulai dari jasa pencucian pakaian (laundry), pengolahan roti, minuman olahan pertanian, hingga unit ritel, termasuk juga Ummart. "Ini merupakan contoh baik dari pemberdayaan SDM yang dibekali berbagai keterampilan berbisnis dan mengelola toko ritel. Ummart turut melibatkan pesantren dalam mendorong ekonomi di sektor ritel," jelas Kasan. Ummart merupakan kegiatan ekonomi di pesantren dalam bentuk perdagangan ritel dengan sistem modern. Ide Ummart tersebut tentu didasari pada potensi memajukan ekonomi dan perdagangan di sektor ritel melalui keberadaan pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Ummart merupakan inisiasi Kementerian Perdagangan dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pada 2018 lalu. Program Pelatihan Ekspor Sebelum rangkaian kunjungan kerja, telah digelar program Export Coaching yang dilakukan Kemendag melalui PPEI bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi pada Rabu (11/3). Kegiatan ECP merupakan kegiatan pendampingan kepada pelaku usaha berorientasi ekspor untuk mencapai kondisi siap ekspor dan menjadi eksportir baru melalui delapan tahapan yang berlangsung selama 10 bulan. Produk peserta Banyuwangi yaitu hasil perkebunan (porang, buah segar, kopi, karet, cengkeh, rempah), pertanian (cabe, beras organik), perikanan (ikan hias dan koral), makanan olahan (ikan kaleng, gula semut, keripik, dan pie), plywood, kerajinan tangan (manik, batok, bambu, dan kulit ular), serta sedotan bambu. Saat ini, ECP Banyuwangi sudah dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu lokakarya (workshop) dan verfikasi perusahaan, serta Training of Exporters (TOX). Tahap selanjutnya direncanakan berlangsung pada April mendatang, yaitu materi Pengembangan Pasar yang terdiri atas pemasaran daring, cara mencari buyer, serta tindak lanjut dan negosiasi dengan buyer. "Kegiatan ECP, diseminasi hasil kajian, dan persiapan inkubasi pemasaran daring merupakan rangkaian kegiatan Kementerian Perdagangan yang terkoordinasi untuk meningkatkan perekonomian daerah guna mendorong ekspor dan perekonomian nasional," pungkas Kasan. (AAN)