Jangan Beli Set Top Box Mendadak, Ini Resikonya

Gemapos.ID (Jakarta) - Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Mohamad Reza mengatakan, ada beberapa keuntungan dari peralihan TV analog ke TV digital alias analog switch off (ASO) dari gambar yang jernih hingga tersedia fitur mitigasi bencana. 

“Gambar lebih jernih dan suara lebih bersih. Jadi, konten lebih nampak," katanya dalam diskusi bertajuk Set Top Box: Tak Kenal Maka Tak Digital, Jumat (18/2).

Tersedia juga fitur pengawasan anak atau parental lock. Sehingga pabila orang tua tidak ingin anaknya menonton konten tertentu, set top box bisa diproteksi dengan memakai kata sandi. 

Tak hanya itu, tayangan TV digital juga bersifat gratis.Namun, menurutnya ada tiga tantangan yang mesti dihadapi dalam migrasi TV analog ke TV digital. Ketiganya yakni: 

1. Literasi penggunaan perangkat

Masyarakat membutuhkan set top box untuk bisa menangkap sinyal siaran. Jenisnya ada beberapa yakni DVB-T2, DVB-C, DVB-S, dan DVB-IPTV. Sedangkan di Indonesia menggunakan DVB-T2 untuk menangkap siaran TV digital. Menurut Reza, masyarakat di daerah masih banyak yang terkendala penggunaan alat pendukung ini. 

"Apabila informasi tidak tersampaikan, maka migrasi tidak akan maksimal," ujarnya. 

2. Keterjangkauan

"Ini karena masih ada sebagian wilayah yang blank spot," katanya.  Ini membuat di beberapa wilayah, siaran TV digital hanya menampung sedikit konten. Apalagi, jika jaringan tidak sampai, maka layar tidak akan menampilkan gambar sama sekali.

3. Membutuhkan perangkat lebih

Untuk beralih ke TV digital, masyarakat membutuhkan remot lain. “Kadang orang mengeluhkan remot jadi dua," katanya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Mulyadi mengatakan, penyelenggara ASO akan dibagi dalam tiga tahapan yakni 31 April, 25 Agustus, dan 2 November 2022. 

"Sekitar sembilan bulan lagi harus segera migrasi keseluruhan," katanya.

Pada tahap pertama, ada 56 wilayah yang dilakukan penyetopan TV analog. “Begitu migrasi dimulai, siaran analog berakhir. Tidak akan memancarkan siaran analog lagi,” katanya. 

Kominfo menyarankan masyarakat migrasi ke TV digital tanpa perlu menunggu jadwal penyetopan TV analog.

Sebab, bila membeli STB ketika hari H dan itu terjadi secara serempak di suatu daerah, maka perangkat pendukung penangkap siaran TV digital itu bisa menjadi langka.

Sementara, perangkat STB ini akan membantu masyarakat yang masih memiliki TV analog agar dapat menikmati siaran TV digital.

"Perlu diantisipasi bahwa keluarga yang mampu, maka televisi di rumah masih analog, harus disediakan STB sendiri. Kebiasaan masyarakat kita melakukan di akhir-akhir," ujar Mulyadi.

"Saat pemerintah menyetop siaran TV analog, tidak bisa menerima siaran TV digital, baru dicari STB. Kondisi ini dari pemerintah mencoba dihindari. Pada saat semua orang membeli di waktu bersamaan, kemungkinan besar STB di wilayah tersebut tidak tersedia atau tidak tercukupi," sambungnya.

Kominfo dan penyelenggara multipleksing akan menyalurkan set top box gratis kepada warga miskin. Kementerian juga menghitung jumlah warga miskin yang berhak menerima bantuan ini. Dalam proses pendistribusian set top box untuk rumah tangga miskin, Kominfo mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial. 

Kominfo dan penyelenggara mux telah mengalokasikan sebanyak 6,7 juta STB gratis itu didistribusikan per wilayah yang terdampak penghentian siaran TV analog.(gmp/ar)